AGRIBISNIS BUAH MANGGA
Nama
: Suryanti Saragih
Nim
: 111201031
Kelas
: Hut 4A
Mangga mengalami
perkembangan produksi karena potensinya yang tinggi. Perkembangan produksi
mangga di Jawa Timur semenjak tahun1985 menunjukkan peningkatan. Tiga jenis
mangga yang dominan adalah Arumanis, Gadung dan Manalagi. Ada beberapa masalah
dalam agribisni mangga di jawa Timur. Permasalahan agribisnis mangga di Jawa
Timur yang dapat diidentifikasikan selama ini adalah:
(a). Volume ekspor buah mangga selama ini mengalami fluktuasi yang
sangat tajam dari waktu ke waktu. Beberapa faktor yang terkait dengan masalah
ini adalah potensial demand pasar luar
negeri dan domestik ; kendala-kendala kualitas (terutama tentang jenis/varietas yang paling disukai konsumen); keadaan teknik
penanganan pascapanen; serta kendala-kendala kontinyuitas dan peningkatan
produksi buah.
(b). Sebagian besar tanaman mangga ditanam penduduk di lahan pekarangan
di sela-sela tanaman lainnya. Alternatif
pengembangan kebun mangga monokultur pada lahan tegalan atau perkebunan masih belum diketahui secara
meyakinkan, apakah tanaman mangga yang diusahakan secara komersial cukup
"layak" (feasible) baik ditinjau dari aspek finansial, ekonomi,
maupun sosial.
(c). Biaya investasi untuk
pengusahaan mangga apabila dilakukan secara komersial (perkebunan) cukup
besar, sulit terjangkau oleh petani yang
permodalannya lemah. Oleh karenanya, dalam rangka pengembangan agribisnis mangga, perlu dikaji model
pengelolaan yang dapat memecahkan masalah tersebut, termasuk permodalan,
pemasaran, transfer teknologi serta permasalahan lainnya.
Perkembangan produksi mangga di
Jawa Timur semenjak tahun 1985 menunjukkan peningkatan (Tabel 1). Tiga jenis
mangga yang dominan adalah Arumanis, Gadung dan Manalagi (Tabel 2)
Tabel 1. Perkembangan Produksi Mangga di Jawa Timur
Selama Tahun 1985-1990.
Tahun
|
Produksi
|
Perkembangan
|
|
(ton)
|
(% /th)
|
1985
|
186.250
|
-
|
1986
|
207.600
|
11.46
|
1987
|
284.850
|
37.21
|
1988
|
306.225
|
7.50
|
1989
|
452.500
|
47.77
|
1990
|
611.250
|
35.08
|
Sumber: Diolah dari laporan Tahunan
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Timur 1991/1992
Tabel 2.
Produksi Mangga Berdasarkan Jenisnya di Jawa
Timur, Tahun 1990
Jenis Mangga
|
Produksi
|
Persen
|
|
(ton)
|
(%)
|
Arumanis
|
216.994
|
35.50
|
Golek
|
92.290
|
15.10
|
Manalagi
|
132.641
|
21.70
|
Jenis
lain
|
169.316
|
27.70
|
Sumber: Diolah dari Laporan Tahunan
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Timur, 1991/1992.
Tiga macam faktor agroekologi utama
yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman mangga adalah
ketinggian tempat, pola hujan sepanjang tahun, dan solum tanah. Sedangkan
faktor-faktor agroekologi lain yang dapat membatasi produktivitas tanaman
mangga adalah (i) salinitas tanah yang tinggi, (ii) muka air tanah yang terlalu
dangkal, (iii) tekstur tanah liat berat, (iv) drainase tanah yang jelek/daerah
genangan/banjir, (v) faktor khusus.
Pusat
produksi mangga
Tanaman mangga di Jawa Timur
tersebar pada hampir seluruh wilayah. Daerah-daerah sentra produksi aktual
mangga di Jawa Timur disajikan
dalam Tabel 4.
Tabel
4. Daerah Sentra Produksi Mangga di Jawa Timur
|
Kabupaten
|
Produksi buah (ton) Kultivar:
|
|||
|
|
Arumanis
|
Golek
|
Lainnya
|
|
1.
|
Pasuruan
|
44.436
|
27.025
|
29.143
|
|
2.
|
Probolinggo
|
28.895
|
2.565
|
9.620
|
|
3.
|
Kediri
|
4.962
|
8.575
|
24.850
|
|
4.
|
Lumajang
|
7.040
|
4.128
|
13.760
|
|
5.
|
Jombang
|
17.940
|
1.331
|
5.430
|
|
6.
|
Gresik
|
7.524
|
1964
|
9.642
|
|
7.
|
Mojokerto
|
7.434
|
1.127
|
8.270
|
|
8.
|
Ponorogo
|
7.560
|
975
|
7.515
|
Sumber: Diolah dari Laporan Tahunan
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Timur, 1991/92.
Usahatani
Tanaman mangga pada umumnya
diusahakan di lahan pekarangan secara sambilan. Estimasi tentang persentase
luas pengusahaan mangga berdasarkan sistim pengusahaannya disajikan dalam
Tabel 5.
Tanaman mangga di lahan pekarangan
penduduk tidak mendapatkan perawatan secara memadai, pemupukan dilakukan ala
kadarnya, pemangkasan tajuk tidak dilakukan. Sebagian besar tanaman berumur tua
dan ditanam dari biji.
Produktivitas
mangga
Jumlah tanaman mangga dan
produksinya di daerah sentra produksi Probolinggo disajikan dalam Tabel 6.
Tabel 6. Jumlah Tanaman dan Produksi Buah Mangga di Kabupaten Probolinggo, 1990/91.
Kultivar
|
Jumlah pohon mangga:
|
Produksi
|
||
|
Productif
|
Muda
|
Total
|
buah
|
|
|
|
|
(kw)
|
Gadung
|
95.527
|
55.520
|
151.047
|
137.085
|
Manalagi
|
44.735
|
33.149
|
77.884
|
58.357
|
Golek
|
20.950
|
23.986
|
44.936
|
35.803
|
Madu
|
7.229
|
18.303
|
25.532
|
7.898
|
Jenis lain
|
45.972
|
63.932
|
109.904
|
142.372
|
Jumlah
|
214.413
|
204.890
|
419.303
|
381.515
|
Sumber:
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, 1991/1992.
Sistem
Pemasaran
Buah mangga pada umumnya
dikonsumsikan dalam bentuk segar, kurang dari satu persen dari total produksi
yang diproses menjadi bentuk olahan
(Direktorat Bina Produksi Hortikultura, 1986). Buah mangga sebagian
besar dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
a.
Saluran Pemasaran. Buah mangga yang dihasilkan di Kabupaten
Pasuruan, Probolinggo dan sekitarnya dipasarkan di dalam wilayah Kabupaten
dan sebagian dikirim ke luar wilayah.
b. Cara Pemasaran
Penjualan buah mangga pada umumnya
dilakukan melalui tiga cara, yakni tebasan, ijon dan kontrak. Sebagian besar
petani melakukan pemasaran mangganya dengan cara tebasan (80%), sisanya dengan
cara ijon dan kontrak. Dalam hal ijon dan kontrak, penentuan harga sangat didominasi
oleh pedagang.
c.
Marjin pemasaran
Marjin pemasaran mangga di
Kabupaten Probolinggo sebagaimana Tabel
untuk pemasaran sampai luar Probolinggo (ke Jakarta) . Market Share
petani dari harga beli konsumen hanya sebesar lebih kurang 45% (Tabel 8).
Tabel 8. Pemasaran Mangga dari Kabupaten Probolinggo ke
luar Kabupaten, 1991/1992
Aktivitas
|
Nilai
|
Pangsa
|
|
(Rp/100
buah)
|
(%)
|
1. Petani
|
|
|
Harga jual
|
14.280
|
44.70
|
2. Pedagang pengumpul
|
|
|
a. Harga beli
|
14.280
|
44.70
|
b. Biaya
|
|
|
- Panen
|
714
|
2.23
|
- Sortasi
|
460
|
1.44
|
- Packing
|
1.285
|
4.02
|
- Transport lokal
|
250
|
0.78
|
- Kuli angkut
|
860
|
2.69
|
- Transpor ke luardaerah (Jakarta)
|
5.732
|
17.94
|
Total
|
9.301
|
29.12
|
c. Harga jual
|
31.945
|
100
|
d. Keuntungan
|
8.355
|
26.15
|
Sumber: Soemarno dkk, 1991
Prospek
pengembangan Mangga
Keberhasilan pengembangan mangga di
Jawa Timur menghadapi beberapa faktor:
(a). Swa sembada pangan
Pengembangan tanaman mangga
haruslah diarahkan pada lahan kering (pekarangan, tegalan, kebun campuran, dan
lahan-lahan kritis). Arah kebijakan ini dipertegas oleh Dinas Pertanian Cabang
Kabupaten yang menggelarkan "gerakan mangganisasi", yaitu menanam
tanaman mangga pada setiap jengkal lahan
yang kosong.
(b).
Pengelolaan lahan kritis
Lahan-lahan kritis di Jawa Timur
sampai saat ini masih memer lukan penanganan yang lebih serius, terutama yang
berada di kawasan lahan usaha milik penduduk. Kenyataan ini mendorong adanya
kebijakan Pemerintah Daerah untuk menggerakkan program penghijauan. Jenis
tanaman unggulan yang dianjurkan adalah mangga, karena tanaman ini disamping
untuk tujuan penghijauan sekaligus dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.
(c).
Respons petani
Respon petani untuk menanam mangga
pada lahan kering (pekarangan, tegalan, kebuun, dan lahan-lahan terlantar)
cukup besar. Untuk lebih membantu respon penduduk ini pemerintah daerah telah
mengarahkan bantuan pembangunan desa untuk pengadaan bibit mangga yang baik.
(d).
Intensifikasi penggunaan lahan
Intensitas penggunaan lahan kering
masih sangat rendah yakni satu sampai dua kali setahun (tanam yang kedua
kadang-kadang berhasil dipanen dan kadang-kadang gagal dipanen karena mengalami
kekeringan). Pada musim kemarau lahan-lahan seperti ini praktis tidak menghasilkan
produk, sehingga lazimnya dikategorikan sebagai lahan "Sleeping Land". Dengan demikian penanaman mangga pada lahan
seperti ini diharapkan dapat meningkatkan intensitas produktivitasnya.
(e). Peningkatan pendapatan petani
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tanaman mangga memberikan sejumlah pendapatan keluarga. Kenyataan ini
menunjukkan bahwa apabila pengembangan mangga diarahkan pada lahan-lahan petani
tersebut diharakan dapat meningkatkan pendapatan petani.
Aspek
Sosio-teknologi
Penguasaan agroteknologi mangga
oleh penduduk pada umumnya sudah menguasai syarat minimal, akan tetapi untuk
menuju kepada usahatani yang lebih intensif masih diperlukan tambahan informasi
teknologi inovatif. Teknologi bibit dan pembibitan, penanaman bibit dan
perawatan tanaman, serta fungsi pascapanen sederhana telah dikuasai penduduk.
Ketersediaan
sarana produksi
Ketersediaan sarana produksi untuk
pengembangan mangga yang terpenting adalah bibit yang kualitasnya baik. Potensi bibit mangga di Jawa Timur masih
dapat dikembangkan lagi sesuai dengan permintaan pasar.
Aspek
Finansial
a.
Tingkat profit
Usahatani mangga
apabila akan dikembangkan secara
kormersial dalam bentuk kebun mangga monokultur, terlebih dahulu perlu
dievaluasi keuntungannya. Ramalan produksi mangga dilakukan hingga umur ekonomi
tanaman mangga 30-35 tahun pada tingkat produktivitas medium. Hal ini dilakukan
dengan alasan untuk memperhitungkan faktor resiko dikarenakan adanya mangga
yang tidak bisa dipasarkan karena busuk, terlalu kecil, kecurian, gangguan
hama-penyakit dan lain-lain. Berdasarkan estimasi cash flow selama 30 tahun
diperoleh informasi bahwa tanaman mangga baru mendatangkan keuntungan setelah
umur 5 tahun. Sedangkan apabila modalnya berasal dari kredit akan dapat
terlunasi pada tahun ke-10. Besarnya keuntungan mangga pada "discount
rate" 18 persen per tahun dengan "Net Present Value" (NPV)
sekitar Rp.4.000.000,- sedangkan besarnya "Internal Rate of Return"
(IRR) sekitar 32.5 persen. Dengan informasi ini dapat disimpulkan bahwa secara
finansial usahatani kebun mangga secara monokultur sangat menguntungkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar