AGRIBISNIS TANAMAN DURIAN
Nama : Johanna C Malau
NIM : 111201010
Kelas : HUT 4A
SEJARAH SINGKAT
Durian
merupakan tanaman buah berupa pohon. Sebutan durian diduga
berasaldari istilah Melayu yaitu dari kata duri yang diberi akhiran -an
sehingga menjadi durian. Kata ini terutama dipergunakan untuk menyebut buah
yang kulitnya berduri tajam. Tanaman durian berasal dari hutan Malaysia,
Sumatra, dan Kalimantan yang berupa tanaman liar. Penyebaran durian ke arah
Barat adalah ke Thailand, Birma, India dan Pakistan. Buah durian sudah dikenal
di Asia Tenggara sejak abad 7 M. Nama lain durian adalah duren (Jawa, Gayo),
duriang (Manado), dulian (Toraja), rulen (Seram Timur).
JENIS TANAMAN
Tanaman
durian termasuk famili Bombaceae sebangsa pohon kapuk-kapukan. Yang lazim
disebut durian adalah tumbuhan dari marga (genus) Durio, Nesia, Lahia, Boschia
dan Coelostegia. Ada puluhan durian yang diakui keunggulannya oleh Menteri
Pertanian dan disebarluaskan kepada masyarakat untuk dikembangkan. Macam
varietas duriantersebut adalah: durian sukun (Jawa Tengah), petruk (Jawa
Tengah), sitokong (Betawi), simas (Bogor), sunan (Jepara), otong (Thailand),
kani (Thailand), sidodol (Kalimantan Selatan), sijapang (Betawi) dan sihijau
(Kalimantan Selatan).
MANFAAT TANAMAN
Manfaat
durian selain sebagai makanan buah segar dan olahan lainnya, terdapat manfaat
dari bagian lainnya, yaitu:
1) Tanamannya sebagai
pencegah erosi di lahan-lahan yang miring.
2) Batangnya untuk bahan
bangunan/perkakas rumah tangga. Kayu durian setaraf
dengan kayu sengon sebab kayunya cenderung lurus.
3) Bijinya yang memiliki
kandungan pati cukup tinggi, berpotensi sebagai alternative
pengganti makanan (dapat dibuat bubur yang
dicampur daging buahnya).
4) Kulit dipakai sebagai
bahan abu gosok yang bagus, dengan. cara dijemur sampai
kering dan dibakar sampai hancur.
SENTRA PENANAMAN
Di Indonesia,
tanaman durian terdapat di seluruh pelosok Jawa dan Sumatra.
Sedangkan di Kalimantan
dan Irian Jaya umumnya hanya terdapat di hutan, disepanjang aliran sungai. Di
dunia, tanaman durian tersebar ke seluruh Asia Tenggara, dari Sri Langka, India
Selatan hingga New Guenea. Khusus di Asia Tenggara, durian diusahakan dalam
bentuk perkebunan yang dipelihara intensif oleh
negara Thailand. Jumlah
produksi durian di Filipina adalah 16.700 ton (2.030 ha), di Malaysia 262.000 ton
(42.000 ha) dan di Thailand 444.500 ton (84.700 ha) pada tahun 1987-1988. Di Indonesia
pada tahun yang sama menghasilkan 199.361 ton (41.284 ha) dan pada tahun 1990
menghasilkan 275.717 ton (45.372 ha).
Memanfaatkan
Daging Buah Durian
Secara
nasional, Indonesia masih kekurangan buah durian. Tingkat konsumsi durian kita,
baru sekitar 1,5 sd. 2 kg. per kapita per tahun atau 3,75 sampai 5 % dari total
volume konsumsi buah kita yang baru 40 kg. per kapita per tahun. Sementara di
Thailand tingkat konsumsi duriannya sudah mencapai 5 kg. per kapita per tahun.
Ini merupakan hanya 3,3 % dari total konsumsi buah mereka yang sudah mencapai
sekitar 150 kg. per kapita per tahun. Standar minimal tingkat konsumsi buah
versi FAO adalah 60 kg. per kapita per tahun. Di Indonesia, terutama di Jawa,
hampir semua daging buah durian dikonsumsi segar. Olahan daging buah durian
sebatas untuk es krim, kolak dan jus. Sementara di Thailand, agroindustri
daging buah durian sudah dilakukan secara besar-besaran dalam bentuk keripik
dan lempok. Di Indonesia, terutama di pedalaman Kalimantan, daging buah durian
juga diolah menjadi tempoyak. Sebenarnya produk ini hanya merupakan awetan
daging buah durian. Durian masak pohon yang sudah jatuh, diambil daging
buahnya, dicampur dengan garam lalu dimasukkan ke dalam guci dan ditutup.
Tempoyak bisa tahan disimpan sampai musim durian berikutnya. Masyarakat
mengkonsumsi tempoyak sebagai lauk makan nasi. Sama halnya dengan bangsa Eropa
mengkonsumsi keju atau mentega. Dulu tempoyak juga banyak dibuat di Sumetara.
tetapi dengan lancarnya arus transportasi darat, maka hampir seluruh durian
Sumatera sudah bisa dipasarkan segar, terutama ke Jawa.
Agroindustri daging buah durian,
baru bisa dilakukan apabila agribisnisnya sudah tertata dengan baik. Di
Thailand, agribisnis durian sudah tertata dengan sangat rapi. Jenis yang mereka
kembangkan hanya empat varietas. Monthong, Chanee, Karn You dan Kradhum thong.
Dari empat varietas tersebut, hanya Monthong yang paling banyak ditanam petani
karena berbagai keunggulannya. Chanee lebih banyak digunakan untuk batang
bawah, sementara Karn You dan Kradhum thong hanya dibudidayakan dalam areal
yang terbatas. Di Indonesia ada 30 varietas yang sudah dilepas oleh Menteri
Pertanian. Termasuk di dalamnya varietas introduksi dari Thailand, yakni Monthong
yang disebut sebagai Si Otong dan Chanee yang disebut Si Kani. Namun budidaya
durian dalam skala komersial masih belum dilakukan di negeri ini. Hingga buah
durian yang saat ini bertebaran di sudut-sudut kota besar di Indonesia,
sebenarnya adalah durian "liar" yang tumbuh begitu saja tanpa
perawatan sama sekali. Kebun-kebun durian yang terkelola dengan baik, satuan
luasnya masih sebatas di bawah 100 hektar tiap kebun. Dengan satuan luas yang
sangat kecil ini, hasil panen akan langsung habis di kebun dan tidak akan
pernah masuk ke pasar umum.
Kebun durian skala komersial di
Thailand, luasnya juga hanya sebatas puluhan hektar per kebun. Tetapi
kebun-kebun kecil ini terdapat di satu wilayah yang terkonsentrasi hingga total
hamparan di wilayah tersebut akan mencapai puluhan ribu hektar. Pola demikian
mirip dengan kebun salak pondoh rakyat di Banjarnegara (Jateng) dan Sleman
(DIY), serta kebun apel kita di Batu (Malang) dan Nongkojajar (Pasuruan).
Dengan kebun rakyat yang terkonsentrasi menjadi satu satuan luas demikian,
hasil panen pasti akan sangat bervariasi kualitasnya. Durian yang
"layak" untuk dipasarkan segar adalah yang bobotnya antara 3 sd. 5
kg. dan bentuknya sempurna. Bobot di bawah 3 kg. dan di atas 5 kg. atau bentuk
yang tidak sempurna akan langsung diafkir. Durian afkiran ini sebenarnya mutu
daging buahnya sama dengan yang lolos seleksi. Tingkat kematangannya pun juga
sama dengan durian yang akan dipasarkan segar. Beda dengan sistem panen durian
di negeri kita yang menunggu sampai jatuh, di Thailand durian dipetik pada
tingkat ketuaan tertentu, berdasarkan perhitungan hari semenjak bunga mekar
serta intensitas panas matahari. Selain itu masih pula dilakukan tes ketuaan
buah dengan mengunakan tongkat rotan yang diketokkan satu-per satu langsung pada
buah di atas pohon sebelum dipetik. Begitu tingkat ketuaannya tepat, durian
langsung dipetik dan dilemparkan ke "penangkap" durian yang sudah
siap dengan karung di bawah sana. Sebab durian yang dipetik tidak boleh
dijatuhkan ke tanah. Durian yang sudah jatuh ke tanah juga akan dikatagorikan
sebagai "afkir".
Meskipun tingkat ketuaan durian
sudah dikontrol dengan sangat ketat melalui pencatatan tanggal mekarnya bunga,
intensitas sinar matahari selama pembesaran buah dan kontrol ketuaan satu-per
satu, kadang-kadang masih ada saja buah yang terlewat petik padahal sudah cukup
tua. Buah demikian akan menjadi "masak pohon". Di negeri kita, durian
masak pohon demikian akan jadi rebutan. Di Thailand, durian tersebut akan
langsung diafkir. Hingga total volume buah yang diafkir akan berjumlah cukup
banyak. Yakni buah dengan ketuaan cukup tetapi bobot serta bentuknya di luar
standar, serta buah yang terlalu matang. Semua durian afkir tersebut akan
langsung masuk ke dapur agroindustri. Di masing-masing kebun durian selalu ada
unit pengolahan daging buah yang terlalu masak untuk dibuat lempok. Buah
tersebut dikupas biasa, dipisahkan dari bijinya dan langsung dimasukkan ke
dalam wadah besar yang mirip dengan wadah pembuat dodol di negeri kita. Setelah
penuh dengan daging buah durian, wadah tersebut ditaruh di atas api dan daging
buah di dalamnya terus-menerus diaduk, persis seperti pada pembuatan dodol.
Kalau pada pembuatan dodol, daging buah durian hanyalah untuk
"campuran" sementara bahan bakunya tepung ketan (atau beras) dan
gula, dalam pembuatan lempok, bahan bakunya hanyalah daging buah durian murni.
Proses pemasakan dan pengadukannya pun hanya relatif sebentar, tidak seperti
pada proses pembuatan dodol.
Lempok yang sudah masak, akan
langsung ditimbang dalam satuan bobot 1 kg, 0,5 kg, 0,25 kg. dan 0,01 kg.
selanjutnya di kemas dengan daun pisang kering atau plastik bening. Di
kebun-kebun durian, kita bisa membeli lempok yang baru saja dimasak dan belum
dikemas dalam satuan 1 kg, 2 kg, 3 kg. sd. 5 kg. Lempok demikian akan tahan
disimpan sampai musim durian berikutnya (1 tahun) tanpa mengalami kerusakan.
Dengan catatan, kemasannya cukup rapat serta tidak rusak. Rasa lempok sangat
khas. Manis dan aroma duriannya kuat. Lempok yang dipasarkan di Jakarta, banyak
yang sudah dicampur tepung serta gula hingga layaknya sebuah dodol durian.
Tetapi lempok produksi Kalbar misalnya masih murni daging buah durian hingga
harganya juga relatif tinggi. Kalau di Thailand harga durian Monthong per kg.
20 Bath misalnya, maka harga per kg. lempok yang belum dikemas (langsung di
kebun) sudah 50 Bath. Dengan kurs 1 Bath Rp 300,- maka harga per kg. lempok di
Thailand sekitar Rp 15.000,- langsung di produsennya. Di toko oleh-oleh, harga
lempok kemasan sudah akan membengkak antara 20 hingga 30 Bath per kemasan 0,25
kg. atau per kg. antara 80 sd. 120 Bath (Rp 32.000,- sd. Rp 36.000,- per kg.
Pada saat tidak sedang musim durian, harga lempok akan ikut melambung naik
sejalan dengan kenaikan harga durian segar. Pada waktu harga durian mencapai 80
Bath (Rp 24.000,-) per kg, maka harga lempok kemasan bisa mencapai 160 sd. 200
Bath per kg. (Rp 48.000,- sd. Rp 60.000,- per kg).
Volume durian yang "terlalu
masak" di Thailand tidaklah terlalu besar. Yang justru paling besar adalah
volume durian yang tingkat ketuaannya cukup, tetapi bentuknya tidak sempurna
atau bobotnya di luar standar, kurang dari 3 kg. atau lebih dari 5 kg. Durian
afkir demikian tingkat kemasakan daging buahnya baru sekitar 70 sd. 80%. Bagi
lidah Indonesia, durian demikian akan disebut "masih mentah". Bagi
selera Thailand yang kemudian menjadi "standar selera dunia" tingkat
ketuaan demikianlah yang paling dikehendaki. Durian afkir dengan tingkat
kemasakan demikian, akan dikumpulkan untuk masuk agroindustri keripik buah.
Agroindustri ini tidak hanya mengolah daging buah durian tetapi juga nangka,
mangga, cempedak, nanas dll. Volume olahan nangka masih lebih tinggi dari
durian. Namun puncak kegiatan pengolahan durian menumpuk di sekitar musim
durian yang hanya berlangsung sekitar 1 bulan. Sementara pada nangka, proses
pengolahannya bisa disebar ke beberapa bulan karena musim nangka relatif lebih
mudah diatur. Ada tiga macam proses pengolahan daging buah durian
"mengkal" ini. Pertama dengan merajangnya menjadi potongan
tipis-tipis lalu menggorengnya dengan minyak goreng biasa. Proses demikian
masih sering dilakukan dalam skala home industry. Proses kedua adalah
penggorengan yang digabungkan dengan penyedotan udara serta uap air. Proses ini
lazim disebut sebagai hot vacum drying. Proses ini banyak dilakukan oleh
industri tumah tangga katagori menengah. Proses ketiga yang paling mahal adalah
dengan pendinginan sampai menjelang 0° C sambil dilakukan penyedotan udara
berikut uap airnya. Proses demikian disebut sebagai Cold Vacum Drying dan hanya
bisa dilakukan oleh agroindustri modern karena memerlukan modal besar.
Baik lempok maupun keripik dengan
tiga macam proses tadi, merupakan pengolahan daging buah durian tanpa camuran
apa pun. Artinya bahan bakunya daging buah durian dan tanpa bantuan bahan
pemanis, pewarna maupun pengawet. Selain itu masih ada pengolahan dalam bentuk
es krim, dodol, permen dll. yang dalam hal ini daging buah durian hanyalah
dijadikan campuran. Di Indonesia proses terakhir ini lebih banyak dilakukan,
termasuk untuk "jus durian" karena volume panen durian kita masih
relatif lebih kecil dibanding dengan jumlah konsumennya. Pengolahan daging buah
durian untuk lempok, dulu juga banyak dilakukan di Sumatera. Sekarang sudah
mulai menurun karena pasar durian segar makin membaik. Sekitar tahun 1996,
harga durian segar ukuran sedang di Riau dan Jambi masih di bawah Rp 500,-
Sekarang harga eceran produk yang sama di pinggir jalan trans Sumatera sudah di
atas Rp 1.000,- per butir ukuran kecil sampai sedang.
BEBERAPA
PRODUK OLAHAN BUAH DURIAN
Durian (Durio Zibethinus) merupakan salah satu tanaman tropis
yang menghasilkan buah yang lezat sehingga banyak digemari. Pada saat
musim berbuah durian banyak dipasarkan dalam keadaan segar dengan tingkat harga
yang bervariasi. Pada umumya buah durian dikonsumsi dalam keadaan segar dan
hanya sedikit yang diolah jadi produk olahan. Bagi para petani salah satu
masalah yang dihadapi adalah tingginya perbedaan harga jual ditingkat petani
dengan harga jual pengecer. Selain itu teknologi pengolahan duah durian
sangat terbatas sehingga petani terpaksa menjual dalam keadaan segar dengan
harga yang ditentukan oleh pedagang pengumpul. Salah satu usaha yang
perlu dilakukan petani adalah menguasai beberapa teknologi pengolahan buah
durian sehinga tercipta beberapa alternatif penjualan, selain itu juga harus
dikuasai beberapa teknologi pengawetan buah durian sehinga buah durian dapat
disimpan dalam waktu yang relatif lama.
Pengolahan
daging buah, biji maupun kulit durian adalah salah satu upaya pengawetan buah
durian maupun pemanfaatan limbahnya. Produk yang dapat dihasilkan melalui
pengolahan durian ini antara lain: wingko, moci, lempok, pepes ikan, cokelat
isi lempok (daging buah), keripik (biji), kompos, briket, kosmetik dan selai
(kulit). Hal ini merupakan solusi dalam menangani kelimpahan buah durian
apabila musim panen tiba. Selain itu, melalui produksinya dalam skala industri
rumah tangga, diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup petani durian.
Gambaran Peluang Agribisnis
Peluang
bisnis durian sangat bagus. Untuk pasar luar negeri pada tahun 1983-1987 dikirim
ke negara Taiwan, Singapura, Malaysia dan Hongkong. Dan pada tahun 1989 permintaan
meningkat ke negara Prancis, Belanda, Brunei, australia, Saudi Arabia dan
Jepang. Bahkan pada tahun 1999 di Jepang harga durian dapat mencapai
10.000 yen (Rp 700.000,-).
Peluang pasar di Indonesia juga sangat bagus, harga durian berkualitas dapat mencapai
Rp 30.000,-/kg. Sedangkan untuk buah durian dipasaran dan kualitasnya biasa-bisa
saja mencapai Rp. 15.000,-/buah. Selama ini perdagangan durian lebih dikuasai
oleh negara Thailand, hal ini disebabkan oleh mutu buah yang bagus. Padahal
Indonesia dapat melakukan hal yang sama apabila mutu ditingkatkan. Bahkan
Indonesia memiliki varietas yang beragam dan berbuah sepanjang tahun. Dengan
penanganan yang profesional dan dibantu oleh kemudahan-kemudahan dari
pemerintah durian Indonesia mampu menguasai pasar dunia.
Saat ini, permintaan dan harga durian tergolong tinggi,
karena memberikan keuntungan menggiurkan bagi siapa saja yang
membudidayakannya. Sehingga membudidayakan durian merupakan sebuah prospek usaha
agribisnis yang menjanjikan. Cara membudidayakan durian yang baik
merupakan pintu gerbang untuk menuju sukses. Waktu panen buah durian
berbeda tergantung varietasnya. Jenis monthong sekitar 125-135 hari setelah
bunga mekar, jenis chanee sekitar 110 - 116 hari setelah bunga mekar. Buah
durian mengalami tingkat kematangan sempurna 4 bulan setelah bunga mekar. Waktu
petik berdasar tanda-tanda fisik, misal ujung duri coklat tua, garis-garis di
antara duri lebih jelas, tangkai buah lunak dan mudah dibengkokkan, ruas-ruas
tangkai buah membesar, baunya harum, terdengar bunyi kasar dan bergema jika
buah dipukul. Cara penen dengan memetik atau memotong buah di pohon dengan
pisau atau galah berpisau. Bagian yang dipotong adalah tangkai buah dekat
pangkal batang dan usahakan buah durian tidak sampai terjatuh karena mengurangi
kualitas buah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar