Jumat, 19 April 2013


AGRIBISNIS TANAMAN DURIAN
Nama : Johanna C Malau
NIM  : 111201010
Kelas : HUT 4A

http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRg__-_se5m6W6vKCRJlnakA3aQ_r5FeYBBRJowGaDz_ZYEN-KI
SEJARAH SINGKAT
Durian merupakan tanaman buah berupa pohon. Sebutan durian diduga berasaldari istilah Melayu yaitu dari kata duri yang diberi akhiran -an sehingga menjadi durian. Kata ini terutama dipergunakan untuk menyebut buah yang kulitnya berduri tajam. Tanaman durian berasal dari hutan Malaysia, Sumatra, dan Kalimantan yang berupa tanaman liar. Penyebaran durian ke arah Barat adalah ke Thailand, Birma, India dan Pakistan. Buah durian sudah dikenal di Asia Tenggara sejak abad 7 M. Nama lain durian adalah duren (Jawa, Gayo), duriang (Manado), dulian (Toraja), rulen (Seram Timur).

JENIS TANAMAN
Tanaman durian termasuk famili Bombaceae sebangsa pohon kapuk-kapukan. Yang lazim disebut durian adalah tumbuhan dari marga (genus) Durio, Nesia, Lahia, Boschia dan Coelostegia. Ada puluhan durian yang diakui keunggulannya oleh Menteri Pertanian dan disebarluaskan kepada masyarakat untuk dikembangkan. Macam varietas duriantersebut adalah: durian sukun (Jawa Tengah), petruk (Jawa Tengah), sitokong (Betawi), simas (Bogor), sunan (Jepara), otong (Thailand), kani (Thailand), sidodol (Kalimantan Selatan), sijapang (Betawi) dan sihijau (Kalimantan Selatan).
MANFAAT TANAMAN
Manfaat durian selain sebagai makanan buah segar dan olahan lainnya, terdapat manfaat dari bagian lainnya, yaitu:
1) Tanamannya sebagai pencegah erosi di lahan-lahan yang miring.
2) Batangnya untuk bahan bangunan/perkakas rumah tangga. Kayu durian setaraf      dengan kayu sengon sebab kayunya cenderung lurus.
3) Bijinya yang memiliki kandungan pati cukup tinggi, berpotensi sebagai alternative      pengganti makanan (dapat dibuat bubur yang dicampur daging buahnya).
4) Kulit dipakai sebagai bahan abu gosok yang bagus, dengan. cara dijemur sampai      kering dan dibakar sampai hancur.

 SENTRA PENANAMAN
Di Indonesia, tanaman durian terdapat di seluruh pelosok Jawa dan Sumatra.
Sedangkan di Kalimantan dan Irian Jaya umumnya hanya terdapat di hutan, disepanjang aliran sungai. Di dunia, tanaman durian tersebar ke seluruh Asia Tenggara, dari Sri Langka, India Selatan hingga New Guenea. Khusus di Asia Tenggara, durian diusahakan dalam bentuk perkebunan yang dipelihara intensif oleh
negara Thailand. Jumlah produksi durian di Filipina adalah 16.700 ton (2.030 ha), di Malaysia 262.000 ton (42.000 ha) dan di Thailand 444.500 ton (84.700 ha) pada tahun 1987-1988. Di Indonesia pada tahun yang sama menghasilkan 199.361 ton (41.284 ha) dan pada tahun 1990 menghasilkan 275.717 ton (45.372 ha).






Memanfaatkan Daging Buah Durian
http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:4tmEEDMLtxPj0M:http://static-resources.goodguide.com/images/entities/all/253547.JPG
Secara nasional, Indonesia masih kekurangan buah durian. Tingkat konsumsi durian kita, baru sekitar 1,5 sd. 2 kg. per kapita per tahun atau 3,75 sampai 5 % dari total volume konsumsi buah kita yang baru 40 kg. per kapita per tahun. Sementara di Thailand tingkat konsumsi duriannya sudah mencapai 5 kg. per kapita per tahun. Ini merupakan hanya 3,3 % dari total konsumsi buah mereka yang sudah mencapai sekitar 150 kg. per kapita per tahun. Standar minimal tingkat konsumsi buah versi FAO adalah 60 kg. per kapita per tahun. Di Indonesia, terutama di Jawa, hampir semua daging buah durian dikonsumsi segar. Olahan daging buah durian sebatas untuk es krim, kolak dan jus. Sementara di Thailand, agroindustri daging buah durian sudah dilakukan secara besar-besaran dalam bentuk keripik dan lempok. Di Indonesia, terutama di pedalaman Kalimantan, daging buah durian juga diolah menjadi tempoyak. Sebenarnya produk ini hanya merupakan awetan daging buah durian. Durian masak pohon yang sudah jatuh, diambil daging buahnya, dicampur dengan garam lalu dimasukkan ke dalam guci dan ditutup. Tempoyak bisa tahan disimpan sampai musim durian berikutnya. Masyarakat mengkonsumsi tempoyak sebagai lauk makan nasi. Sama halnya dengan bangsa Eropa mengkonsumsi keju atau mentega. Dulu tempoyak juga banyak dibuat di Sumetara. tetapi dengan lancarnya arus transportasi darat, maka hampir seluruh durian Sumatera sudah bisa dipasarkan segar, terutama ke Jawa.
Agroindustri daging buah durian, baru bisa dilakukan apabila agribisnisnya sudah tertata dengan baik. Di Thailand, agribisnis durian sudah tertata dengan sangat rapi. Jenis yang mereka kembangkan hanya empat varietas. Monthong, Chanee, Karn You dan Kradhum thong. Dari empat varietas tersebut, hanya Monthong yang paling banyak ditanam petani karena berbagai keunggulannya. Chanee lebih banyak digunakan untuk batang bawah, sementara Karn You dan Kradhum thong hanya dibudidayakan dalam areal yang terbatas. Di Indonesia ada 30 varietas yang sudah dilepas oleh Menteri Pertanian. Termasuk di dalamnya varietas introduksi dari Thailand, yakni Monthong yang disebut sebagai Si Otong dan Chanee yang disebut Si Kani. Namun budidaya durian dalam skala komersial masih belum dilakukan di negeri ini. Hingga buah durian yang saat ini bertebaran di sudut-sudut kota besar di Indonesia, sebenarnya adalah durian "liar" yang tumbuh begitu saja tanpa perawatan sama sekali. Kebun-kebun durian yang terkelola dengan baik, satuan luasnya masih sebatas di bawah 100 hektar tiap kebun. Dengan satuan luas yang sangat kecil ini, hasil panen akan langsung habis di kebun dan tidak akan pernah masuk ke pasar umum.
Kebun durian skala komersial di Thailand, luasnya juga hanya sebatas puluhan hektar per kebun. Tetapi kebun-kebun kecil ini terdapat di satu wilayah yang terkonsentrasi hingga total hamparan di wilayah tersebut akan mencapai puluhan ribu hektar. Pola demikian mirip dengan kebun salak pondoh rakyat di Banjarnegara (Jateng) dan Sleman (DIY), serta kebun apel kita di Batu (Malang) dan Nongkojajar (Pasuruan). Dengan kebun rakyat yang terkonsentrasi menjadi satu satuan luas demikian, hasil panen pasti akan sangat bervariasi kualitasnya. Durian yang "layak" untuk dipasarkan segar adalah yang bobotnya antara 3 sd. 5 kg. dan bentuknya sempurna. Bobot di bawah 3 kg. dan di atas 5 kg. atau bentuk yang tidak sempurna akan langsung diafkir. Durian afkiran ini sebenarnya mutu daging buahnya sama dengan yang lolos seleksi. Tingkat kematangannya pun juga sama dengan durian yang akan dipasarkan segar. Beda dengan sistem panen durian di negeri kita yang menunggu sampai jatuh, di Thailand durian dipetik pada tingkat ketuaan tertentu, berdasarkan perhitungan hari semenjak bunga mekar serta intensitas panas matahari. Selain itu masih pula dilakukan tes ketuaan buah dengan mengunakan tongkat rotan yang diketokkan satu-per satu langsung pada buah di atas pohon sebelum dipetik. Begitu tingkat ketuaannya tepat, durian langsung dipetik dan dilemparkan ke "penangkap" durian yang sudah siap dengan karung di bawah sana. Sebab durian yang dipetik tidak boleh dijatuhkan ke tanah. Durian yang sudah jatuh ke tanah juga akan dikatagorikan sebagai "afkir".
Meskipun tingkat ketuaan durian sudah dikontrol dengan sangat ketat melalui pencatatan tanggal mekarnya bunga, intensitas sinar matahari selama pembesaran buah dan kontrol ketuaan satu-per satu, kadang-kadang masih ada saja buah yang terlewat petik padahal sudah cukup tua. Buah demikian akan menjadi "masak pohon". Di negeri kita, durian masak pohon demikian akan jadi rebutan. Di Thailand, durian tersebut akan langsung diafkir. Hingga total volume buah yang diafkir akan berjumlah cukup banyak. Yakni buah dengan ketuaan cukup tetapi bobot serta bentuknya di luar standar, serta buah yang terlalu matang. Semua durian afkir tersebut akan langsung masuk ke dapur agroindustri. Di masing-masing kebun durian selalu ada unit pengolahan daging buah  yang terlalu masak untuk dibuat lempok. Buah tersebut dikupas biasa, dipisahkan dari bijinya dan langsung dimasukkan ke dalam wadah besar yang mirip dengan wadah pembuat dodol di negeri kita. Setelah penuh dengan daging buah durian, wadah tersebut ditaruh di atas api dan daging buah di dalamnya terus-menerus diaduk, persis seperti pada pembuatan dodol. Kalau pada pembuatan dodol, daging buah durian hanyalah untuk "campuran" sementara bahan bakunya tepung ketan (atau beras) dan gula, dalam pembuatan lempok, bahan bakunya hanyalah daging buah durian murni. Proses pemasakan dan pengadukannya pun hanya relatif sebentar, tidak seperti pada proses pembuatan dodol.
Lempok yang sudah masak, akan langsung ditimbang dalam satuan bobot 1 kg, 0,5 kg, 0,25 kg. dan 0,01 kg. selanjutnya di kemas dengan daun pisang kering atau plastik bening. Di kebun-kebun durian, kita bisa membeli lempok yang baru saja dimasak dan belum dikemas dalam satuan 1 kg, 2 kg, 3 kg. sd. 5 kg. Lempok demikian akan tahan disimpan sampai musim durian berikutnya (1 tahun) tanpa mengalami kerusakan. Dengan catatan, kemasannya cukup rapat serta tidak rusak. Rasa lempok sangat khas. Manis dan aroma duriannya kuat. Lempok yang dipasarkan di Jakarta, banyak yang sudah dicampur tepung serta gula hingga layaknya sebuah dodol durian. Tetapi lempok produksi Kalbar misalnya masih murni daging buah durian hingga harganya juga relatif tinggi. Kalau di Thailand harga durian Monthong per kg. 20 Bath misalnya, maka harga per kg. lempok yang belum dikemas (langsung di kebun) sudah 50 Bath. Dengan kurs 1 Bath Rp 300,- maka harga per kg. lempok di Thailand sekitar Rp 15.000,- langsung di produsennya. Di toko oleh-oleh, harga lempok kemasan sudah akan membengkak antara 20 hingga 30 Bath per kemasan 0,25 kg. atau per kg. antara 80 sd. 120 Bath (Rp 32.000,- sd. Rp 36.000,- per kg. Pada saat tidak sedang musim durian, harga lempok akan ikut melambung naik sejalan dengan kenaikan harga durian segar. Pada waktu harga durian mencapai 80 Bath (Rp 24.000,-) per kg, maka harga lempok kemasan bisa mencapai 160 sd. 200 Bath per kg. (Rp 48.000,- sd. Rp 60.000,- per kg).
Volume durian yang "terlalu masak" di Thailand tidaklah terlalu besar. Yang justru paling besar adalah volume durian yang tingkat ketuaannya cukup, tetapi bentuknya tidak sempurna atau bobotnya di luar standar, kurang dari 3 kg. atau lebih dari 5 kg. Durian afkir demikian tingkat kemasakan daging buahnya baru sekitar 70 sd. 80%. Bagi lidah Indonesia, durian demikian akan disebut "masih mentah". Bagi selera Thailand yang kemudian menjadi "standar selera dunia" tingkat ketuaan demikianlah yang paling dikehendaki. Durian afkir dengan tingkat kemasakan demikian, akan dikumpulkan untuk masuk agroindustri keripik buah. Agroindustri ini tidak hanya mengolah daging buah durian tetapi juga nangka, mangga, cempedak, nanas dll. Volume olahan nangka masih lebih tinggi dari durian. Namun puncak kegiatan pengolahan durian menumpuk di sekitar musim durian yang hanya berlangsung sekitar 1 bulan. Sementara pada nangka, proses pengolahannya bisa disebar ke beberapa bulan karena musim nangka relatif lebih mudah diatur. Ada tiga macam proses pengolahan daging buah durian "mengkal" ini. Pertama dengan merajangnya menjadi potongan tipis-tipis lalu menggorengnya dengan minyak goreng biasa. Proses demikian masih sering dilakukan dalam skala home industry. Proses kedua adalah penggorengan yang digabungkan dengan penyedotan udara serta uap air. Proses ini lazim disebut sebagai hot vacum drying. Proses ini banyak dilakukan oleh industri tumah tangga katagori menengah. Proses ketiga yang paling mahal adalah dengan pendinginan sampai menjelang 0° C sambil dilakukan penyedotan udara berikut uap airnya. Proses demikian disebut sebagai Cold Vacum Drying dan hanya bisa dilakukan oleh agroindustri modern karena memerlukan modal besar.
Baik lempok maupun keripik dengan tiga macam proses tadi, merupakan pengolahan daging buah durian tanpa camuran apa pun. Artinya bahan bakunya daging buah durian dan tanpa bantuan bahan pemanis, pewarna maupun pengawet. Selain itu masih ada pengolahan dalam bentuk es krim, dodol, permen dll. yang dalam hal ini daging buah durian hanyalah dijadikan campuran. Di Indonesia proses terakhir ini lebih banyak dilakukan, termasuk untuk "jus durian" karena volume panen durian kita masih relatif lebih kecil dibanding dengan jumlah konsumennya. Pengolahan daging buah durian untuk lempok, dulu juga banyak dilakukan di Sumatera. Sekarang sudah mulai menurun karena pasar durian segar makin membaik. Sekitar tahun 1996, harga durian segar ukuran sedang di Riau dan Jambi masih di bawah Rp 500,- Sekarang harga eceran produk yang sama di pinggir jalan trans Sumatera sudah di atas Rp 1.000,- per butir ukuran kecil sampai sedang.

BEBERAPA PRODUK OLAHAN BUAH DURIAN
Durian (Durio Zibethinus) merupakan salah satu tanaman tropis yang menghasilkan buah yang lezat sehingga banyak digemari.  Pada saat musim berbuah durian banyak dipasarkan dalam keadaan segar dengan tingkat harga yang bervariasi. Pada umumya buah durian dikonsumsi dalam keadaan segar dan hanya sedikit yang diolah jadi produk olahan.  Bagi para petani salah satu masalah yang dihadapi adalah tingginya perbedaan harga jual ditingkat petani dengan harga jual pengecer.  Selain itu teknologi pengolahan duah durian sangat terbatas sehingga petani terpaksa menjual dalam keadaan segar dengan harga yang ditentukan oleh pedagang pengumpul.  Salah satu usaha yang perlu dilakukan petani adalah menguasai beberapa teknologi pengolahan buah durian sehinga tercipta beberapa alternatif penjualan, selain itu juga harus dikuasai beberapa teknologi pengawetan buah durian sehinga buah durian dapat disimpan dalam waktu yang  relatif lama.   
Pengolahan daging buah, biji maupun kulit durian adalah salah satu upaya pengawetan buah durian maupun pemanfaatan limbahnya. Produk yang dapat dihasilkan melalui pengolahan durian ini antara lain: wingko, moci, lempok, pepes ikan, cokelat isi lempok (daging buah), keripik (biji), kompos, briket, kosmetik dan selai (kulit). Hal ini merupakan solusi dalam menangani kelimpahan buah durian apabila musim panen tiba. Selain itu, melalui produksinya dalam skala industri rumah tangga, diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup petani durian.

Gambaran Peluang Agribisnis
Peluang bisnis durian sangat bagus. Untuk pasar luar negeri pada tahun 1983-1987 dikirim ke negara Taiwan, Singapura, Malaysia dan Hongkong. Dan pada tahun 1989 permintaan meningkat ke negara Prancis, Belanda, Brunei, australia, Saudi Arabia dan Jepang. Bahkan pada tahun 1999 di Jepang harga durian dapat mencapai
10.000 yen (Rp 700.000,-). Peluang pasar di Indonesia juga sangat bagus, harga durian berkualitas dapat mencapai Rp 30.000,-/kg. Sedangkan untuk buah durian dipasaran dan kualitasnya biasa-bisa saja mencapai Rp. 15.000,-/buah. Selama ini perdagangan durian lebih dikuasai oleh negara Thailand, hal ini disebabkan oleh mutu buah yang bagus. Padahal Indonesia dapat melakukan hal yang sama apabila mutu ditingkatkan. Bahkan Indonesia memiliki varietas yang beragam dan berbuah sepanjang tahun. Dengan penanganan yang profesional dan dibantu oleh kemudahan-kemudahan dari pemerintah durian Indonesia mampu menguasai pasar dunia.
Saat ini, permintaan dan harga durian tergolong tinggi, karena memberikan keuntungan menggiurkan bagi siapa saja yang membudidayakannya. Sehingga membudidayakan durian merupakan sebuah prospek usaha agribisnis yang menjanjikan. Cara membudidayakan durian yang baik merupakan pintu gerbang untuk menuju sukses. Waktu panen buah durian berbeda tergantung varietasnya. Jenis monthong sekitar 125-135 hari setelah bunga mekar, jenis chanee sekitar 110 - 116 hari setelah bunga mekar. Buah durian mengalami tingkat kematangan sempurna 4 bulan setelah bunga mekar. Waktu petik berdasar tanda-tanda fisik, misal ujung duri coklat tua, garis-garis di antara duri lebih jelas, tangkai buah lunak dan mudah dibengkokkan, ruas-ruas tangkai buah membesar, baunya harum, terdengar bunyi kasar dan bergema jika buah dipukul. Cara penen dengan memetik atau memotong buah di pohon dengan pisau atau galah berpisau. Bagian yang dipotong adalah tangkai buah dekat pangkal batang dan usahakan buah durian tidak sampai terjatuh karena mengurangi kualitas buah.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar