Jumat, 19 April 2013


KAPUK RANDU SEBAGAI KOMODITAS PENTING

Dosen Penanggung Jawab:
Agus Purwoko S.Hut., M.Si


Oleh:
Malrizky Fachmy
111201006
HUT 4A







PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2013

 PENDAHULUAN
Sirih merupakan tanaman asli Indonesia yang tumbuh merambat atau bersandar pada batang pohon lain. Sebagai budaya daun dan buahnya biasa dimakan dengan cara mengunyah bersama gambir, pinang dan kapur. Namun mengunyah sirih telah dikaitkan dengan penyakit kanker mulut dan pembentukan squamous cell carcinoma yang bersifat malignan.
Tanaman merambat ini bisa mencapai tinggi 15 m. Batang sirih berwarna coklat kehijauan,berbentuk bulat, beruas dan merupakan tempat keluarnya akar. Daunnya yang tunggal berbentuk jantung, berujung runcing, tumbuh berselang-seling, bertangkai, dan mengeluarkan bau yang sedap bila diremas. Panjangnya sekitar 5 - 8 cm dan lebar 2 - 5 cm. Bunganya majemuk berbentuk bulir dan terdapat daun pelindung ± 1 mm berbentuk bulat panjang. Pada bulir jantan panjangnya sekitar 1,5 - 3 cm dan terdapat dua benang sari yang pendek sedang pada bulir betina panjangnya sekitar 1,5 - 6 cm dimana terdapat kepala putik tiga sampai lima buah berwarna putih dan hijau kekuningan. Buahnya buah buni berbentuk bulat berwarna hijau keabu-abuan. Akarnya tunggang, bulat dan berwarna coklat kekuningan.
Minyak atsiri dari daun sirih mengandung minyak terbang (betIephenol), seskuiterpen, pati, diatase, gula dan zat samak dan kavikol yang memiliki daya mematikan kuman, antioksidasi dan fungisida, anti jamur. Sirih berkhasiat menghilangkan bau badan yang ditimbulkan bakteri dan cendawan. Daun sirih juga bersifat menahan perdarahan, menyembuhkan luka pada kulit, dan gangguan saluran pencernaan. Selain itu juga bersifat mengerutkan, mengeluarkan dahak, meluruhkan ludah, hemostatik, dan menghentikan perdarahan. Biasanya untuk obat hidung berdarah, dipakai 2 lembar daun segar Piper betle, dicuci, digulung kemudian dimasukkan ke dalam lubang hidung. Selain itu, kandungan bahan aktif fenol dan kavikol daun sirih hutan juga dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati untuk mengendalikan hama penghisap





PEMBAHASAN
Masyarakat awam hanya tahu bahwa makan sirih akan bermanfaat bagi kesehatan gigi. Padahal khasiat makan sirih jauh lebih banyak lagi. Minyak asiri yang terkandung dalam daun sirih terdiri dari antara lain fenol, hidroksikavikol, kavikol, kavibetol, seskuiterpena, estragenol, metil-eugenol, karvakrol, terpena, seskuiterpena, fenil propana, tanin, diastase serta pati dan gula. Rasa daun sirih agak pedas di lidah namun aromanya harum khas sirih. Khasiat daun sirih antara lain antibiotik, antiseptik dan stimulan. Secara tradisional, masyarakat memanfaatkan daun sirih untuk obat batuk, obat kumur, mengobati gusi dan hidung berdarah, menghilangkan bau badan dan untuk ibu-ibu yang ingin berhenti menyusui anaknya, daun sirih bisa mengurangi produksi air susu. Tanin dalan biji pinang atau gambir yang digunakan untuk makan sirih, berkhasiat memperkuat selaput rongga mulut dan tenggorokan. Sementara kapurnya akan menetralkan rongga mulut dan perut. Hingga makan sirih sangat bermanfaat untuk para penderita penyakit maag.
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/b/bb/Piper_betel%27s_leaf.jpg/220px-Piper_betel%27s_leaf.jpg
                        Gambar. Daun Sirih (Piper betle)
Sirih (Piper betle) merupakan tumbuhan yang tersebar mulai dari pantai Timur benua Afrika, daratan India, Cina, Asia Tenggara, Australia Utara sampai ke Polynesia di Pasifik. Sirih menghendaki tanah gembur yang banyak humus dengan kelembapan tinggi. Tanaman ini mampu beradaptasi dengan kawasan yang ekstrim basah maupun kering. Dia bisa hidup baik mulai dari dataran rendah sampai ke dataran tinggi sekitar 1000 m. dpl. Di Jawa, umumnya sirih tidak berbuah, hingga yang digunakan untuk makan sirih hanyalah daunnya. Sementara di NTT, Thailand dan Taiwan, sirih banyak berbuah, hingga yang digunakan untuk makan sirih bisa daunnya, bisa pula buahnya.
Meskipun tanaman sirih sangat toleran terhadap ketinggian tempat, suhu udara,  kelembapan dan sinar matahari, namun pertumbuhan optimal akan dicapai pada dataran menengah dengan sinar matahari penuh namun cukup air. Karenanya, masyarakat Jawa, Bali dan NTT biasa menanam sirih di dekat sumber air. Misalnya di dekat sumur dan dirambatkan pada batang tanaman yang berada pada lokasi tersebut. Di habitat aslinya, sirih mampu hidup di dalam hutan di bawah tegakan yang sangat rapat. Dengan sinar matahari hanya sekitar 20% di bawah keteduhan tajuk tanaman hutan pun, sirih mampu tumbuh subur. Meskipun daunnya cukup lebar, namun ketebalannya kurang dan kandungan minyak asirinya sangat rendah. Daun sirih baru akan tumbuh normal dengan kandungan minyak asiri antara 1 sd. 4% apabila ditanam di lokasi terbuka dengan sinar matahari penuh selama 12 jam. Kandungan minyak asiri tinggi ini ditandai dengan rasa pedas dan aromanya yang sangat kuat. Daun sirih yang tumbuh di keteduhan tajuk tanaman, rasa pedas serta aromanya sangat kurang.
Selama ini di masyarakat dikenal ada empat varietas tanaman sirih. Pertama sirih hijau yang banyak tumbuh di Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali dan NTT. Daunnya berwarna hijau tua dengan kandungan minyak asiri cukup tinggi apabila tumbuh di lokasi terbuka. Bentuk daun sirih hijau agak bulat. Pada kondisi yang ekstrim kering, sirih hijau akan menghasilkan buah. Sirih hijau inilah yang juga banyak dibudidayakan di Taiwan dan Thailand. Kedua sirih kuning dengan daun berwarna hijau kekuningan. Apabila tumbuh di lokasi terbuka, pucuk daun sirih hijau akan benar-benar berwarna kuning cerah. Bentuk daun sirih kuning lebih ramping dengan ujung yang lebih runcing. Sirih kuning lebih sulit berbuah dan banyak dibudidayakan di Sumatera dan Jawa Barat. Ketiga sirih kaki merpati yang berdaun kuning dengan tulang daun berwarna merah. Sirih kaki merpati dibudidayakan sebagai tanaman hias. Keempat sirih hitam yang cukup langka dan dikoleksi masyarakat untuk bahan obat/jamu. Dari empat varietas sirih tadi, yang pembudidayaannya cukup luas hanyalah sirih hijau.
Meskipun mampu menghasilkan buah/biji, namun budidaya sirih selalu dilakukan dengan benih yang berasal dari setek batang. Batang sirih sendiri ada dua macam. Pertama batang yang menghasilkan akar panjat (akar lekat). Batang ini biasanya menjalar di tanah atau memanjat di tebing/batang tumbuhan lain. Batang ini juga menghasilkan daun yang kandungan minyak asirinya sangat rendah. Kedua batang yang tidak memiliki akar panjat. Batang ini akan menghasilkan cabang, ranting, daun dan bunga serta buah. Daun dari batang inilah yang layak panen karena mengandung minyak asiri cukup tinggi. Untuk produksi benih, yang digunakan adalah batang dengan akar panjat. Meskipun batang yang tidak berakar panjat juga bisa disetek, hasilnya tidak mungkin digunakan untuk benih. Sirih relatif sangat mudah diperbanyak. Setek yang berasal dari batang yang berakar panjat, bisa langsung ditanam di lokasi. Namun untuk budidaya dalam skala luas, sebaiknya benih terlebih dulu disemai dalam keranjang bambu, polybag kecil, kantung plastik bening maupun wadah lain. Baru setelah benih tumbuh cukup subur dipindah ke lokasi penanaman.
Di Indonesia, belum ada kebun sirih dalam skala yang cukup luas. Untuk keperluan industri sekalipun, daun sirih masih dikumpulkan oleh para tengkulak dari tanaman penduduk yang hanya merupakan tumbuhan di pekarangan rumah atau batas kebun. Di Taiwan dan Thailand, budidaya sirih sudah dilakukan dalam skala komersial secara monokultur. Sebagai panjatan, mereka menggunakan tiang dari kayu mati, beton maupun pagar hidup, setinggi 2 m. dari permukaan guludan. Yang bisa digunakan sebagai pagar hidup antara lain tanaman lamtoro, kaliandra, dadap, glirisidia dll. Sirih cukup ditanam sekali dan akan bisa terus dipanen sepanjang tahun. Apabila tidak diberi irigasi teknis, maka panen daun sirih hanya bisa dilakukan selama musim penghujan. Kandungan minyak asiri daun yang dipanen pada musim penghujan, justru sangat rendah. Sementara pada musim kemarau produksi daun akan rendah, padahal kandungan minyak asirinya justru tinggi. Itulah sebabnya budidaya sirih secara komersial harus disertai dengan pengairan teknis.
Dengan pengairan dan pemupukan yang baik, produksi daun segar bisa mencapai 10 ton per tahun. Dengan produksi massal, harga daun sirih hanya sekitar Rp 500,- per kg. Saat ini di tingkat konsumen, harga daun sirih per kg. (berikut tangkai dan ranting) sudah mencapai Rp 5.000,- per kg. Namun harga ini tidak bisa dijadikan acuan karena volume pasarnya sangat kecil (untuk makan sirih). Dengan rendemen rata-rata 2%, maka dari tiap hektar lahan akan bisa dihasilkan minyak daun sirih 200 kg. Dengan harga Rp 300.000,- per kg, maka hasil kotor penyulingan minyak daun sirih dari 1 hektar lahan adalah Rp 60.000.000,- Hasil ini relatif baik mengingat komoditas sirih relatif mudah dibudidayakan, tidak akan dicuri dan dijarah, sementara biaya penanaman hanya dikeluarkan satu kali dan biaya produksinya juga tidak tinggi. Biaya investasi tiap hektar akan kurang dari Rp 10.000.000,- per hektar. Sementara biaya panen dan perawatan rutin tanaman hanya sekitar Ro 5.000.000,- per hektar. Investasi ketel berikut bangunannya paling tinggi Rp 50.000.000,-  dengan kebutuhan raw material sekitar 100 ton yang bisa dipenuhi dari 100 hektar lahan.
PENUTUP
Meskipun mampu menghasilkan buah/biji, namun budidaya sirih selalu dilakukan dengan benih yang berasal dari setek batang. Meskipun batang yang tidak berakar panjat juga bisa disetek, hasilnya tidak mungkin digunakan untuk benih. Sirih relatif sangat mudah diperbanyak. Setek yang berasal dari batang yang berakar panjat, bisa langsung ditanam di lokasi. Namun untuk budidaya dalam skala luas, sebaiknya benih terlebih dulu disemai dalam keranjang bambu, polybag kecil, kantung plastik bening maupun wadah lain. Baru setelah benih tumbuh cukup subur dipindah ke lokasi penanaman.
Di Indonesia, belum ada kebun sirih dalam skala yang cukup luas. Untuk keperluan industri sekalipun, daun sirih masih dikumpulkan oleh para tengkulak dari tanaman penduduk yang hanya merupakan tumbuhan di pekarangan rumah atau batas kebun. Dengan pengairan dan pemupukan yang baik, produksi daun segar bisa mencapai 10 ton per tahun. Dengan produksi massal, harga daun sirih hanya sekitar Rp 500,- per kg. Saat ini di tingkat konsumen, harga daun sirih per kg. (berikut tangkai dan ranting) sudah mencapai Rp 5.000,- per kg. Namun harga ini tidak bisa dijadikan acuan karena volume pasarnya sangat kecil (untuk makan sirih). Dengan rendemen rata-rata 2%, maka dari tiap hektar lahan akan bisa dihasilkan minyak daun sirih 200 kg. Dengan harga Rp 300.000,- per kg, maka hasil kotor penyulingan minyak daun sirih dari 1 hektar lahan adalah Rp 60.000.000,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar