Jumat, 19 April 2013


KAPUK RANDU SEBAGAI KOMODITI PENTING BAGI AGRIBISNIS

Nama : Malrizky Fachmy
Nim    : 111201006

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgYr0_2HnQf4LMRB6TAzwMyK6QtY87kGw0l3P0PIUxeCGSSGmX3F1AfppKGzcsjEY4K5jYP9MploymREXRSbhviQJ8zCUJlH8LvEe4Vo0IgarSvtlwDIQoXJPXTv4Ni_ly0vIoDk6-tnhw/s1600/randu.jpg
 

   








      Jika pohon randu mulai berbunga, dulu kebanyakan orang melihatnya sebagai pertanda hadirnya musim hujan. Demikian juga hadirnya musim kemarau ditandai dengan pecahnya kulit buah pohon randu saat angin akan menerbangkan kapuk yang halus dan lembut ke udara.        

Menurun
         Dalam data statistik diketahui, dalam tiga tahun terakhir jumlah tanaman di Pati terus menurun. Tentu saja berkurangnya jumlah tanaman itu berpengaruh terhadap jumlah produksi.  
         Pada tahun 2008, jumlah luasan tanaman kapuk mencapai 17.870 hektar dengan produksi mencapai 8.370,71 ton. Tingkat produktivitasnya mencapai 554 kilogram per hektar. Pada tahun berikutnya jumlah lahan produksi turun 1.386 hektar hingga hanya tersisa 16.484 hektar. Berkurangnya luas lahan berpengaruh juga jumlah produksi tahun 2009 dengan hanya mencapai 8.344,15 ton. Pada tahun 2010 luasan tanam kapuk di Pati kembali turun hingga hanya 16.330 hektar. Penurunan itu juga memengaruhi tingkat produksi yang juga turun sebanyak 119,31 ton.  
         Menurut Buchori, pengusaha kapuk asal Desa Karaban, Pati, salah satu penyebabnya adalah banyaknya pohon kapuk yang ditebang dan digunakan sebagai bahan bangunan. Berkurangnya pasokan membuat para pengusaha mencampur kapuk mereka dengan kapuk yang didatangkan dari Thailand. 
         Tidak hanya itu, pabrik minyak klentheng (biji kapuk) di Desa Kauman, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati, sudah 5 tahun berhenti akibat kelangkaan bahan baku. Semasa jaya dan bahan baku melimpah, pabrik itu bisa mengolah 24 ton biji kapuk per hari. Karena kelangkaan bahan baku, pemilik perusahaan Tio Hien Thwan (THT) pun menutup produksinya sejak dua tahun lalu. Pabrik pun terbengkalai. Bahkan, 10 mesin pengolah menjadi sarang laba-laba. Padahal, pabrik tersebut pada saat masih berproduksi menyerap sedikitnya 30 pekerja.
         Semula pabrik yang berdiri tahun 1937 itu memproduksi minyak kacang. Sejak 1971 mereka mulai memproduksi minyak klentheng. Dukungan bahan baku masih bagus karena hampir di seluruh lereng Muria dipenuhi kapuk.
        
Potensi
         Menurut teknisi Perkebunan Percobaan Muktiharjo, Kecamatan Margorejo, Kabupaten Pati, Sata Yoga (47), meski sebagian besar perkebunan kapuk sudah berkurang, pengembangan plasma nutfah di perkebunan kapuk percobaan tetap dipertahankan dan saat ini sudah memiliki 155 nomor. ”Kami juga sudah melepas lima nomor. Bibit paling tua di sini tahun 1934 yang didatangkan dari Bogor,” kata Sata.      
         Hanya saja, para pengusaha industri kapuk randu hingga saat ini belum berencana membudidayakan lagi tanaman tersebut. Mereka masih menggantungkan pasokan kapuk dari daerah lain atau bertahan dengan produksi alam yang jumlahnya terus menurun. 
         Padahal, menurut beberapa pengusaha di Karaban, pasar untuk semua hasil turunan kapuk randu besar. Menurut Buchori, selain pasar dalam negeri, pasar luar negeri, seperti Malaysia, Jepang, Korea Selatan, dan Australia siap menampung komoditas tersebut. Hanya saja, selain keterbatasan sumber bahan baku, keterbatasan dana juga menjadi kendala lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar