Jumat, 19 April 2013


PELUANG AGRIBISNIS TANAMAN GAMBIR (Uncaria gambir)

Dosen Pembimbing:
Agus Purwoko, S.Hut, M.Si

Disusun Oleh:
Nidya Andini
111201029




FPERT


DEPARTEMEN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2013


PENDAHULUAN


Masih banyak Sumber Daya Alam di Indonesia yang belum dimaksimalkan sebagai komoditi Ekspor. Salah satunya adalah tanaman gambir. Bisnis ukm telah menemukan betapa potensialnya Sumber Daya ini untuk digunakan dalam memenuhi berbagai kebutuhan industri luar.
Gambir memang jarang ada yang mengenalnya, tidak seperti tanaman jarak, ataupun kelapa sawit yang telah dimanfaatkan potensial produknya. Kini Sumatera Barat sebagai penghasil Gambir terbanyak, memiliki produk unggulan yang dapat dimaksimalkan sebagai pemasukan pendapatan daerah.
Gambir adalah sejenis getah yang dikeringkan yang berasal dari ekstrak remasan daun dan ranting tumbuhan bernama sama (Uncaria gambir Roxb.). Di Indonesia gambir pada umumnya digunakan pada menyirih. Kegunaan yang lebih penting adalah sebagai bahan penyamak kulit dan pewarna. Gambir juga mengandung katekin (catechin), suatu bahan alami yang bersifat antioksidan. India mengimpor 68% gambir dari Indonesia, dan menggunakannya sebagai bahan campuran menyirih.













Kerajaan          : Plantae
Divisi               :
Magnoliophyta
Kelas               :
Magnoliopsida
Ordo                :
Gentianales
Famili              :
Rubiaceae
Genus              :
Uncaria
Spesies            : Uncaria gambir

ISI

Gambir adalah sejenis getah yang dikeringkan yang berasal dari ekstrak remasan daun dan ranting tumbuhan bernama sama (Uncaria gambir Roxb.). Gambir dibudidayakan pada lahan ketinggian 200-800 m diatas permukaan laut. Mulai dari topografi agak datar sampai di lereng bukit. Biasanya ditanam sebagai tanaman perkebunan di pekarangan atau kebun di pinggir hutan. Budidaya biasanya semiintensif, jarang diberi pupuk tetapi pembersihan dan pemangkasan dilakukan. Di Sumatra kegiatan penanaman ini sudah mengganggu kawasan lindung.
Hampir 95% produksi dibuat menjadi produk ini, yang dinamakan betel bite atau plan masala. Bentuk cetakan biasanya silinder, menyerupai gula merah. Warnanya coklat kehitaman. Gambir (dalam perdagangan antarnegara dikenal sebagai gambier) biasanya dikirim dalam kemasan 50kg. Bentuk lainnya adalah bubuk atau “biskuit”. Nama lainnya dalah catechu, gutta gambir, catechu pallidum (pale catechu).
Kandungan yang utama dan juga dikandung oleh banyak anggota Uncaria lainnya adalah flavonoid (terutama gambiriin), katekin (sampai 51%), zat penyamak (22-50%), serta sejumlah alkaloid (seperti gambirtannin dan turunan dihidro- dan okso-nya. Selain itu gambir dijadikan obat-obatan modern yang diproduksi negara jerman, dan juga sebagai pewarna cat, pakaian.

Kegunaan Gambir
            Kegunaan utama gambir adalah sebagai komponen menyirih, yang sudah dikenal masyarakat kepulauan Nusantara, dari Sumatra hingga Papua sejak paling tidak 2500 tahun yang lalu. Diketahui, gambir merangsang keluarnya getah empedu sehingga membantu kelancaran proses di perut dan usus. Fungsi lain adalah sebagai campuran obat, seperti sebagai luka bakar, obat sakit kepala, obat diare, obat disentri, obat kumur-kumur, obat sariawan, serta obat sakit kulit (dibalurkan); penyamak kulit; dan bahan pewarna tekstil untuk industri batik. Selain itu juga gambir digunakan penduduk sebagai ramuan untuk mengkonsumsi sirih dan obat untuk sakit perut.
            Fungsi yang tengah dikembangkan juga adalah sebagai perekat kayu lapis atau papan partikel. Produk ini masih harus bersaing dengan sumber perekat kayu lain, seperti kulit kayu Acacia mearnsii, kayu Schinopsis balansa, serta kulit polong Caesalpinia spinosa yang dihasilkan negara lain.
           
Pengolahan Gambir
Tanaman gambir umumnya sudah bisa dipanen pada umur 1 – 2 tahun tergantung pada tingkat pertumbuhannya. Panen berikutnya bisa dilakukan setelah 5 – 6 bulan tergantung pada kondisi tanaman. Pemanenan dilakukan dengan cara memotong ranting-ranting dan daunnya ( tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda ) dengan pisau atau ani-ani. Panjang potongan adalah 40 – 60 cm dari ujung daun atau 5 cm dari panjang batang. Ini dimaksudkan agar tunas baru pada ketiak ranting dapat tumbuh dengan baik.
            Daun dan ranting yang dipanen tersebut biasanya dimasukkan kedalam keranjang rotan atau keranjang bambu untuk selanjutnya dibawa kepondok pengempaan untuk dilakukan pengolahan. Selanjutnya hasil panen gambir harus segera diolah karena semakin lama getahnya akan berkurang. Jangka waktu panen tidak boleh terlalu jarak, karena banyak daun akan menjadi tua dan gugur, disamping itu kandungan dari getah daun yang sudah tua akan berkurang.
            Gambir merupakan sejenis getah yang telah diendapkan yang diperoleh dari pengolahan daun dan ranting tanaman gambir. Daun dan ranting tanaman gambir ini diproses dengan cara tertentu sehingga diperoleh cairan yang mengandung getah. Cairan itu diendapkan beberapa waktu sehingga akan terjadi pemisahan antara air dan getah.
            Ada dua cara pengolahan gambir yang dilakukan, yaitu: Pengolahan gambir secara pribumi dan pengolahan gambir secara Cina.
a.       Pengolahan gambir secara pribumi
Cara ini adalah pengolahan yang dikembangkan ditingkat petani dengan pengeluaran getah melalui pengempaan. Pengolahan dilakukan dengan cara daun dan ranting direbus, dilakukan pengempaan, selanjutnya diendapkan dan ditiriskan hingga membentuk padatan atau pasta. Pasta kemudian dicetak dengan cetakan bambu dan kemudian dikeringkan.
b.   Pengolahan gambir secara Cina
Cara ini merupakan cara yang dikerjakan oleh keturunan Cina di Indonesia. Proses pengolahan dimulai dari pemisahan daun dan ranting, kemudian dicuci terlebih dahulu. Perebusan dilakukan selam ½ jam sambil diaduk-aduk dan dimemarkan dengan kayu. Ekstraknya diambil dan daunnya dimasukkan kembali kedalam perebusan. Ekstraknya dikentalkan dan dipanaskan, lalu disaring. Keringkan sampai suhu 35 o C sambil diaduk-aduk. Akan diperoleh ekstrak yang berwarna kuning kecoklatan. Kemudian dicetak membentuk balok gambir atau cube gambir. Untuk pembuatan balok gambir, ekstrak dituangkan kedalam catakan kayu dan dibiarkan selama 10–12 jam hingga menjadi bongkahan yang agak padat. Kemudian dipotong-potong menurut keinginan dan dijemur dibawah cahaya matahari.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4zbPSfua0FfMOCj3d7hUqNzpUiMNZ9w52NWNh4SFcqRZ3Ao6jEyXGqJgfa4khkGwILLHZo8M7z5UQ4T56lnpLnF9kWKh7FW0G1dEfZIzWZ3AP3WqKbdwSD24Oedf-WZECKtpxKWPI90ro/s320/CETAK.jpg           









                                                         Penyetakan gambir




Pemasaran  Gambir
            Tidak banyak Propinsi di Indonesia yang mampu menjadikan komoditasnya menjadi komoditas unggulan yang mampu mendominasi pasar dunia. Salah satunya adalah Sumatera Barat dengan tanaman gambir. Tanaman Gambir atau uncaria gambir roab merupakan komoditas unggulan propinsi Sumatera Barat yang mampu memasok 90 persen kebutuhan pasar dunia dengan tujuan utama ke India, Pakistan, Singapura, Thailand dan Malaysia.
            Dari data tahun 2005 Dinas Perkebunan Propinsi Sumatera Barat total luas areal tanaman gambir di Sumatera Barat adalah 19.658 dengan Daerah penghasil utama tanaman ini di adalah Kabupaten 50 Puluh Kota seluas 13.558 Ha dan di kabupaten pesisir selatan seluas 4.714 Ha dan sisanya tersebar di delapan kabupaten lainnya di Sumatera Barat. Realisasi ekspor gambir pada tahun 2003 mencapai US$.668,523 kemudian meningkat sebesar 44,6 % pada tahun 2004 menjadi US$.967,000 (bisnis-18 Okt 2005). dan pada tahun 2005 total nilai ekspor sebesar USD.622,460.00 dengan pencapaian produksi sebesar 13.249 Ton.
            Gambir bersama dengan karet, semen, dan kayu lapis termasuk dalam 10 komoditas utama ekspor Sumatera Barat. Untuk ekspor, gambir dikirim melalui Medan, sedangkan untuk pasaran dalam negeri dikirim ke Jakarta. Volume ekspor gambir Provinsi Sumatera Barat tahun 2000 besarnya 1.339.860 kg. Nilai ekspor komoditas yang diekspor ke India, Singapura, dan Pakistan ini 1.808.503 dollar Amerika.






                                              Produk gambir

   Bila gambir yang diekspor tersebut digunakan sebagai bahan baku perekat kayu lapis didalam negeri maka baru akan memenuhi kebutuhan tiga pabrik kayu lapis yang berkapasitas 5000-6000 m3/bulan. Hal ini akan masih tetap terlalu sedikit dibanding kebutuhan pabrik kayu lapis dan papan partikel yang ada di Pulau Sumatra. Dan gambir dapat diolah didalam negeri menjadi bentuk yang lain dari sekarang, seperti bentuk biskuit dan tepung gambir sesuai dengan permintaan pasar dunia. Negara India saja membutuhkan gambir sebanyak 6000 ton pertahun. Terlihat bahwa prospek luar negeri masih terbuka.
   Daerah penghasil utama adalah Sumatra bagian tengah dan selatan. Harga jualnya di tingkat petani per kg adalah IDR5.000 hingga IDR20.000; di pasaran ekspor harganya berkisar dari USD1,46 hingga USD2,91. Ekspor gambir juga menunjukkan pertumbuhan yang baik.
           

















DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 2009.Prospek Pengembangan Tanaman Gambir. Diakses dari: http://id.wikipedia.org/wiki/ Prospek Pengembangan Tanaman Gambir Diakses pada hari Senin 15 April, pukul 14:00].

Anonimus. 2009. Teknlogi pengolahan dan budidaya hasil gambir. Diakses dari: http://id.wikipedia.org/wiki/ [Diakses pada hari Senin 15 April 2013, pukul 14:25].

Anonimus.2009.TanamanGambir.Diakses dari: http://preparatpecah.tripod.com/index_files/Page916.htm [Diakses pada hari Senin 15 April 2013 ,pukul 14:46].

Roswita, R. 1998. Prospek Gambir di Sumatera Barat. BIP.Padang.

Zamarel dan Hadad, 1991. Budidaya Tanaman Gambir. Edisi Khusus, Littro VII. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Bogor .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar