Jumat, 19 April 2013


PENGEMBANGAN KUNYIT SEBAGAI  TANAMAN OBAT



Dosen Pembimbing:
Agus Purwoko, S.Hut, M.Si

Disusun Oleh:
Andi Syahputra
111201003

http://farm3.staticflickr.com/2534/3952496432_bbc887dcc3_m.jpg



PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2013

        PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Sejak masa krisis, posisi obat tradisional yang berbahan baku nabati mulai sejajar dengan obat-obatan kimia modern di pasaran, karena harganya relative murah dan terjangkau masyarakat. Trend back to nature di Negara-negara maju seperti Eropa dan amerika makin mempopulerkan pengobatan dan perawatan kesehatan secara natural, sehingga meningkatkan permintaan dunia terhadap bahan baku nabati.
Tanaman obat mulai berkurang di habitatnya, bahkan beberapa spesies sudah langka, karena kurangnya kesadaran untuk melestarikannya. Beberapa spesies tanaman obat masih cukup sulit dibudidayakan secara konvensional. Budidaya tanaman obat sebaiknya dilakukan dengan sistem organik tanpa menggunkan bahan-bahan kimia buatan, herbisida, insektisida, fungisida, dan tanpa menerapkan bioteknologi, karena dikhawatirkan dapat merusak gen-gen bermanfaat dari tanaman obat.
Indonesia adalah Negara tropis yang sangat cocok untuk pengembangan budidaya dan pengolahan tanaman obat. Beberapa jenis tanaman tropis yang berkhasiat obat dan banyak digunakan untuk perawatan natural hanya bisa tumbuh di iklim tropis seperti Indonesia. Dengan melihat potensi sumberdaya alam, maka sangat terbuka luas kesempatan untuk mengembangkan agribisnis di bidang tanaman obat. Didukung dengan pengembangan dan peningkatan mutu produk, maka kita optimis bahwa agribisnis tanaman obat memiliki prospek yang sangat menguntungkan.
Kawasan hutan Indonesia yang luasnya 120,35 juta hektar menyimpan kekayaan hayati yang sangat tinggi nilainya. Salah satu jenis hasil hutanbukan kayu yang berpotensi memberikan manfaat ekonomi tinggi adalah tanaman obat. Tanaman obat memiliki peluang yang sangat besar untuk dikembangkan, baik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat maupun sebagai bahan baku industri obat dan kosmetika. Industri obat dan kosmetika dalam negeri, memerlukan pasokan bahan baku tanaman obat dalam kapasitas yang sangat besar. Oleh karena itu budidaya dan pengelolaan tanaman obat memiliki prospek yang sangat bagus. K ekayaan jenis tanaman obat yang terdapat di kawasan hutan Indonesia kurang lebih ada 1.260 jenis tanaman, dimana 180 jenis diantarannya telah dieksploitasi dalam jumlah besar untuk bahanbaku industri obat tradisional. Penyebaran jenis tanaman obat tertinggi berada di hutan tropika dataran rendah, sekitar 772 jenis (45,82%) dari jumlah total jenis tanaman obat. Sedangkan yang terrendah berada di hutan rawa, sebanyak 8 jenis (0,47%).


PEMBAHASAN
2.1  Deskripsi Singkat

1.      Klasifikasi
Divisio : Spermatophyta.Sub-diviso : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zungiberaceae
Genus : Curcuma
Species : Curcuma domestica Val.

Kunir atau kunyit, (Curcuma longa Linn. syn. Curcuma domestica Val.) termasuk salah satu tanaman rempah dan obat asli dari wilayah Asia Tenggara. Tanaman ini kemudian mengalami persebaran ke daerah Indo-Malaysia, Indonesia, Australia bahkan Afrika. Hampir setiap orang Indonesia dan India serta bangsa Asia umumnya pernah mengkonsumsi tanaman rempah ini, baik sebagai pelengkap bumbu masakan, jamu atau untuk menjaga kesehatan dan kecantikan.
Tanaman tumbuh tegak mencapai tinggi 1,0 – 1,5 m. Memiliki batang semu yang dililit oleh pelepah-pelepah daun. Daun tanaman runcing dan licin dengan panjang sekitar 30 cm dan lebar 8 cm. Bunga muncul dari batang semu dengan panjang sekitar 10 – 15 cm. Warna bunga putih atau putih bergaris hijau dan terkadang ujung bunga berwarna merah jambu. Bagian utama dari tanaman adalah rimpangnya yang berada di dalam tanah. Rimpang ini biasanya tumbuh menjalar dan rimpang induk biasanya berbentuk ellips.
Kunyit dapat tumbuh dengan baik pada ketingggian 0 – 1.200 m di atas permukaan laut. Adaptasi tanaman sangat baik pada iklim panas sampai sedang dengan kelembaban tinggi. Tanah yang cocok untuk tanaman kunyit adalah tanah yang subur, gembur, mengandung banyak humus dan berdrainase baik. Untuk memperoleh pertumbuhan yang optimal, sebaiknya kunyit memperoleh bulan basah sekitar 4 – 6 bulan sebelum gugurnya daun. Untuk pembentukan rimpang sangat dibutuhkan cahaya matahari yang cukup. Kunyit biasanya di panen pada umur sekitar 9 – 10 bulan. Cara panen cukup mudah yaitu dengan menggali rimpang menggunakan garpu. Setelah digarpu, tanah disekitar rimpang dibersihkan dan rimpang dikumpulkan dalam karung. Biasanya hasil panen dapat mencapai 20 – 30 ton/ha rimpang segar.
Kunyit tergolong dalam kelompok jahe-jahean, Zingiberaceae. Kunyit dikenal di berbagai daerah dengan beberapa nama lokal, seperti Turmeric (Inggris), Kurkuma (Belanda), Kunyit (Indonesia dan Malaysia), Kunir (Jawa), Koneng (Sunda), Konyet (Madura).
Kunyit sering digunakan sebagai bumbu dalam masakan sejenis gulai, dan juga digunakan untuk memberi warna kuning pada masakan, atau sebagai pengawet.[2] Produk farmasi berbahan baku kunyit, mampu bersaing dengan berbagai obat paten, misalnya untuk peradangan sendi (arthritis- rheumatoid) atau osteo-arthritis berbahan aktif natrium deklofenak, piroksikam, dan fenil butason dengan harga yang relatif mahal atau suplemen makanan (Vitamin-plus) dalam bentuk kapsul. Produk bahan jadi dari ekstrak kunyit berupa suplemen makanan dalam bentuk kapsul (Vitamin-plus) pasar dan industrinya sudah berkembang. Suplemen makanan dibuat dari bahan baku ekstrak kunyit dengan bahan tambahan Vitamin B1, B2, B6, B12, Vitamin E, Lesitin, Amprotab, Mg-stearat,Nepagin dan Kolidon 90.
2.2  Manfaat Tanaman
Di daerah Jawa, kunyit banyak digunakan sebagai ramuan jamu karena berkhasiat menyejukkan, membersihkan, mengeringkan, menghilangkan gatal, dan menyembuhkan kesemutan. Manfaat utama tanaman kunyit, yaitu: sebagai bahan obat tradisional, bahan baku industri jamu dan kosmetik, bahan bumbu masak, peternakan dll. Disamping itu rimpang tanaman kunyit itu juga bermanfaat sebagai anti inflamasi, anti oksidan, anti mikroba, pencegah kanker, anti tumor, dan menurunkan kadar lemak darah dan kolesterol, serta sebagai pembersih darah.
2.3  Syarat Pertumbuhan
1.      Iklim.
A.    Tanaman kunyit dapat tumbuh baik pada daerah yang memiliki intensitas cahaya penuh atau sedang, sehingga tanaman ini sangat baik hidup pada tempat-tempat terbuka atau sedikit naungan.
B.    Pertumbuhan terbaik dicapai pada daerah yang memiliki curah hujan 1000-4000 mm/tahun. Bila ditanam di daerah curah hujan < 1000 mm/tahun, maka system pengairan harus diusahakan cukup dan tertata baik. Tanaman ini dapat dibudidayakan sepanjang tahun. Pertumbuhan yang paling baik adalah pada penanaman awal musim hujan.
C.    Suhu udara yang optimum bagi tanaman ini antara 19-30°C.
2.     Media Tanam
A.    Kunyit tumbuh subur pada tanah gembur, pada tanah yang dicangkul dengan baik akan menghasilkan umbi yang berlimpah.
B.    Jenis tanah yang diinginkan adalah tanah ringan dengan bahan organik tinggi, tanah lempung berpasir yang terbebas dari genangan air/sedikit basa.
3.     Ketinggian Tempat : Kunyit tumbuh baik di dataran rendah (mulai < 240 m dpl) sampai dataran tinggi (> 2000 m dpl). Produksi optimal + 12 ton/ha dicapai pada ketinggian 45 m dpl.


2.4  Pedoman Budidaya
1.      Persyaratan Bibit : Bibit kunyit yang baik berasal dari pemecahan rimpang, karena lebih mudah tumbuh. Syarat bibit yang baik : berasal dari tanaman yang tumbuh subur, segar, sehat, berdaun banyak dan hijau, kokoh, terhindar dari serangan penyakit; cukup umur/berasal dari rimpang yang telah berumur > 7-12 bulan; bentuk, ukuran, dan warna seragam; memiliki kadar air cukup; benih telah mengalami masa istirahat (dormansi) cukup; terhindar dari bahan asing (biji tanaman lain, kulit, kerikil).
2.     Penyiapan Bibit : Rimpang bahan bibit dipotong agar diperoleh ukuran dan dengan berat yang seragam serta untuk memperkirakan banyaknya mata tunas/rimpang. Bekas potongan ditutup dengan abu dapur/sekam atau merendam rimpang yang dipotong dengan larutan fungisida (benlate dan agrymicin) guna menghindari tumbuhnya jamur. Tiap potongan rimpang maksimum memiliki 1-3 mata tunas, dengan berat antara 20-30 gram dan panjang 3-7 cm.
3.     Teknik Penyemaian Bibit.Pertumbuhan tunas rimpang kunyit dapat dirangsang dengan cara : mengangin-anginkan rimpang di tempat teduh atau lembab selama 1-1,5 bulan, dengan penyiraman 2 kali sehari (pagi dan sore hari). Bibit tumbuh baik bila disimpan dalam suhu kamar (25-28°C). Selain itu menempatkan rimpang diantara jerami pada suhu udara sekitar 25-28°C. dan merendam bibit pada larutan ZPT (zat pengatur tumbuh) selama 3 jam. ZPT yang sering digunakan adalah larutan atonik (1 cc/1,5 liter air) dan larutan G-3 (500-700 ppm). Rimpang yang akan direndam larutan ZPT harus dikeringkan dahulu selama 42 jam pada suhu udara 35°C. Jumlah anakan atau berat rimpang dapat ditingkatkan dengan jalan direndam pada larutan pakloburazol sebanyak 250 ppm.
4.     Pemindahan Bibit : Bibit yang telah siap lalu ditempatkan pada persemaian, dimana rimpang akan muncul tunas telah tanaman berumur 1-1,5 bulan. Setelah tunas tumbuh 2-3 cm maka rimpang sudah dapat ditanam di lahan. Pemindahan bibit yang telah bertunas harus dilakukan secara hati-hati guna menghindari agar tunas yang telah tumbuh tidak rusak. Bila ada tunas/akar bibit yang saling terkait maka akar tersebut dipisahkan dengan hati-hati lalu letakkan bibit dalam wadah tertentu untuk memudahkan pengangkutan bibit ke lokasi lahan. Jika jarak antara tempat pembibitan dengan lahan jauh maka bibit perlu dilindungi agar tetap lembab dan segar ketika tiba di lokasi. Selama pengangkutan, bibit yang telah bertunas jangan ditumpuk.
5.     Pengairan dan Penyiraman : Tanaman kunyit termasuk tanaman tidak tahan air. Oleh sebab itu drainase dan pengaturan pengairan perlu dilakukan secermat mungkin, agar tanaman terbebas dari genangan air sehingga rimpang tidak.membusuk. Perbaikan drainase baik untuk melancarkan dan mengatur aliran air serta sebagai penyimpan air di saat musim kemarau.
6.     Waktu Penyemprotan Pestisida : Penyemprotan pestisida dilakukan jika telah timbul gejala serangan hama penyakit.
7.     Pemulsaan : Sedapat mungkin pemulsaan dengan jerami dilakukan diawal tanam untuk menghindari kekeringan tanah, kerusakan struktur tanah (menjadi tidak gembur/padat) dan mencegah tumbuhnya gulma secara berlebihan. Jerami dihamparkan merata menutupi permukaan tanah di antara lubang tanaman.
2.5  Hama Dan Penyakit
1.      Hama
A.    Ulat penggerek akar (Dichcrosis puntifera.)
§  Gejala: pada pangkal akar dimana tunas daun menjadi layu dan lama kelamaan tunas menjadi kering lalu membusuk.
§  Pengendalian: tanaman disemprot/ditaburkan insektisida furadan G-3.
2.     Penyakit
A.    Busuk bakteri rimpang
§  Penyebab : : oleh kurang baik sistem pengairan (drainase) atau disebabkan oleh rimpang yang terluka akibat alat-alat pertanian, sehingga luka rimpang kemasukan cendawan.
§  Gejala: kulit akar tanaman menjadi keriput dan mengelupas, kemudian rimpang lama kelamaan membusuk dan keropos.
§  Pengendalian:
1.      mencegah terjadi genangan air pada lahan, mencegah terlukanya rimpang;
2.     penyemprotanfungisida dithane M-45.
Karat daun kunyit
§  Penyebab : Taphrina macullans Bult dan Colletothrium capisici atau oleh kutu daun yang disebut Panchaetothrips.
§  Gejala: timbulnya warna coklat (karat) pada helaian daun; bila penyakit ini menyerang tanaman dewasa/daun yang tua maka tidak akan.mempengaruhi produksinya sebaliknya jika menyerang tanaman/daun muda, menyebabkan tanaman tersebut menjadi mati.
§  Pengendalian:
1.      Dilakukan dengan mengurangi kelembaban;
2.     Penyemprotan insektisida, seperti dengan agrotion 2 cc/liter atau dengan fungisida dithane M-45 secara teratur selama seminggu sekali
Gulma : Gulma potensial pada pertanaman kunyit ini adalah gulma kebun yang umum yaitu alang-alang, rumput teki, rumput lulangan, ageratum, dan gulma berdaun lebar lainnya.
Pengendalian hama/penyakit secara organik : Dalam pertanian organik yang tidak menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya melainkan dengan bahan-bahan yang ramah lingkungan biasanya dilakukan secara terpadu sejak awal pertanaman untuk menghindari serangan hama dan penyakit tersebut yang dikenal dengan PHT (Pengendalian Hama
Terpadu) yang komponennya adalah sbb:
Mengusahakan pertumbuhan tanaman yang sehat yaitu memilih bibit unggul yang sehat bebas dari hama dan penyakit serta tahan terhadap serangan hama dari sejak awal pertanaman
Memanfaatkan semaksimal mungkin musuh-musuh alami
Menggunakan varietas-varietas unggul yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit.
Menggunakan pengendalian fisik/mekanik yaitu dengan tenaga manusia.
Menggunakan teknik-teknik budidaya yang baik misalnya budidaya tumpang sari dengan pemilihan tanaman yang saling menunjang, serta rotasi tanaman pada setiap masa tanamnya untuk memutuskan siklus penyebaran hama dan penyakit potensial.
Penggunaan pestisida, insektisida, herbisida alami yang ramah lingkungan dan tidak menimbulkan residu toksik baik pada bahan tanaman yang dipanen ma maupun pada tanah. Disamping itu penggunaan bahan ini hanya dalam keadaan darurat berdasarkan aras kerusakan ekonomi yang diperoleh dari hasil pengamatan.
2.6  Gambaran Peluang Agribisnis
Dewasa ini rata-rata kebutuhan bahan baku kunyit untuk industri kosmetik/jamu tradisional yang ada di Indonesia antara 1,5-6 ton/bulan. Tingkat kebutuhan pasar dari tahun ke tahun semakin meningkat dengan persentase peningkatan 10-25% per tahunnya. Kebutuhan lebih tinggi pada saat menjelang hari-hari besar/hari raya. Permintaan kebutuhan industri di atas sebagian besar berasal dari pasokan para petani. Melihat dari kebutuhan rata-.rata industri jamu dan kosmetik yang ada di dalam negeri, suplai dan permintaan terhadap kunyit tidak seimbang, apalagi memenuhi permintaan pasar luar negeri. Sementara kebutuhan kunyit dunia hingga saat ini mencapai ratusan ribu ton/tahun. Sebagian kecil dari jumlah tersebut dipenuhi oleh negara India, Haiti, Srilanka, Cina, dan negara-negara lainnya. Indonesia kini sudah selayaknya membudidayakan tanaman ini, terutama dengan sistem monokultur/tumpang sari sehingga produksi yang dicapai lebih cepat dan tinggi, agar kebutuhan minimal dalam negeri terpenuhi secara optimal. Walaupun di daerah Jawa Tengah kini sudah diupayakan sistem penanaman tersebut, juga diperhitungkan dari sudut produktivitas dan jalur tata niaganya, namun luas lahan tanam yang ada belum maksimal untuk memenuhi kebutuhan pasar luar negeri yang mencapai ratusan ribu ton/ha-nya. Indonesia sebenarnya mulai mengekspor kunyit. Negara yang dituju antara lain Asia (Malaysia, Singapura, Hongkong, Taiwan, dan Jepang), Amerika, dan Eropa (Jerman Barat dan Belanda). Pada tahun 1987, nilai ekspor tanaman kunyit Indonesia menyumbangkan devisa yang besar bagi negara.
Namun pada tahun berikutnya jumlah ekspor tersebut mulai mengalami penurunan dan sempat terhenti pada tahun 1989. Negara India, Cina, Haiti, Srilanka, dan Jamaika kini mulai membudidayakan tanaman kunyit secara besar-besaran dan mereka sudah dapat mengestimasikan produksinya hingga +20 ton/ha. Dari segi jalur tata niaga, kunyit tergolong efisien, karena dari petani langsung disalurkan ke pedagang pengumpul, lalu ke pabrik/pedagang besar. Maka harga yang diterima petani mencapai 70% dari harga tingkat pabrik, dimana 30% merupakan marjin tata niaga yang terdiri atas 12% marjin biaya dan 18% merupakan marjin keuntungan. Berdasarkan kondisi ini, tata niaga kunyit bisa ditingkatkan lagi, karena marjin terbesar berada pada keuntungan pedagang. Peluang agribisnis kunyit di Indonesia dapat dikembangkan. Kenyataan ini dilandaskan pada tingkat produktivitas, jalur tata niaga, dan kebutuhan kunyit dari berbagai industri yang membutuhkannya.


PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kunyit sering digunakan sebagai bumbu dalam masakan sejenis gulai, dan juga digunakan untuk memberi warna kuning pada masakan, atau sebagai pengawet.[2] Produk farmasi berbahan baku kunyit, mampu bersaing dengan berbagai obat paten, misalnya untuk peradangan sendi (arthritis- rheumatoid) atau osteo-arthritis berbahan aktif natrium deklofenak, piroksikam, dan fenil butason dengan harga yang relatif mahal atau suplemen makanan (Vitamin-plus) dalam bentuk kapsul. Produk bahan jadi dari ekstrak kunyit berupa suplemen makanan dalam bentuk kapsul (Vitamin-plus) pasar dan industrinya sudah berkembang. Suplemen makanan dibuat dari bahan baku ekstrak kunyit dengan bahan tambahan Vitamin B1, B2, B6, B12, Vitamin E, Lesitin, Amprotab, Mg-stearat,Nepagin dan Kolidon 90

Tidak ada komentar:

Posting Komentar