PENGEMBANGAN KUNYIT
SEBAGAI TANAMAN OBAT
Dosen Pembimbing:
Agus Purwoko, S.Hut, M.Si
Disusun
Oleh:
Andi
Syahputra
111201003
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2013
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak masa krisis, posisi obat tradisional
yang berbahan baku nabati mulai sejajar dengan obat-obatan kimia modern di
pasaran, karena harganya relative murah dan terjangkau masyarakat. Trend back
to nature di Negara-negara maju seperti Eropa dan amerika makin mempopulerkan
pengobatan dan perawatan kesehatan secara natural, sehingga meningkatkan
permintaan dunia terhadap bahan baku nabati.
Tanaman obat mulai berkurang di habitatnya,
bahkan beberapa spesies sudah langka, karena kurangnya kesadaran untuk melestarikannya.
Beberapa spesies tanaman obat masih cukup sulit dibudidayakan secara
konvensional. Budidaya tanaman obat sebaiknya dilakukan dengan sistem organik
tanpa menggunkan bahan-bahan kimia buatan, herbisida, insektisida, fungisida,
dan tanpa menerapkan bioteknologi, karena dikhawatirkan dapat merusak gen-gen
bermanfaat dari tanaman obat.
Indonesia adalah Negara tropis yang sangat
cocok untuk pengembangan budidaya dan pengolahan tanaman obat. Beberapa jenis
tanaman tropis yang berkhasiat obat dan banyak digunakan untuk perawatan
natural hanya bisa tumbuh di iklim tropis seperti Indonesia. Dengan melihat
potensi sumberdaya alam, maka sangat terbuka luas kesempatan untuk
mengembangkan agribisnis di bidang tanaman obat. Didukung dengan pengembangan
dan peningkatan mutu produk, maka kita optimis bahwa agribisnis tanaman obat
memiliki prospek yang sangat menguntungkan.
Kawasan hutan Indonesia yang luasnya 120,35
juta hektar menyimpan kekayaan hayati yang sangat tinggi nilainya. Salah satu
jenis hasil hutanbukan kayu yang berpotensi memberikan manfaat ekonomi tinggi
adalah tanaman obat. Tanaman obat memiliki peluang yang sangat besar untuk
dikembangkan, baik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat maupun sebagai bahan
baku industri obat dan kosmetika. Industri obat dan kosmetika dalam negeri,
memerlukan pasokan bahan baku tanaman obat dalam kapasitas yang sangat besar.
Oleh karena itu budidaya dan pengelolaan tanaman obat memiliki prospek yang
sangat bagus. K ekayaan jenis tanaman obat yang terdapat di kawasan hutan Indonesia
kurang lebih ada 1.260 jenis tanaman, dimana 180 jenis diantarannya telah
dieksploitasi dalam jumlah besar untuk bahanbaku industri obat tradisional.
Penyebaran jenis tanaman obat tertinggi berada di hutan tropika dataran rendah,
sekitar 772 jenis (45,82%) dari jumlah total jenis tanaman obat. Sedangkan yang
terrendah berada di hutan rawa, sebanyak 8 jenis (0,47%).
PEMBAHASAN
2.1 Deskripsi Singkat
1.
Klasifikasi
Divisio : Spermatophyta.Sub-diviso :
Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zungiberaceae
Genus
: Curcuma
Species
: Curcuma
domestica Val.
Kunir atau kunyit, (Curcuma
longa Linn. syn. Curcuma domestica Val.) termasuk salah satu tanaman rempah dan obat asli
dari wilayah Asia Tenggara. Tanaman ini kemudian mengalami persebaran ke daerah
Indo-Malaysia, Indonesia, Australia bahkan Afrika. Hampir setiap orang Indonesia dan India serta
bangsa Asia umumnya pernah mengkonsumsi tanaman
rempah ini, baik sebagai pelengkap bumbu masakan, jamu atau
untuk menjaga kesehatan dan kecantikan.
Tanaman tumbuh tegak mencapai tinggi 1,0 –
1,5 m. Memiliki batang semu yang dililit oleh pelepah-pelepah daun. Daun
tanaman runcing dan licin dengan panjang sekitar 30 cm dan lebar 8 cm. Bunga
muncul dari batang semu dengan panjang sekitar 10 – 15 cm. Warna bunga putih
atau putih bergaris hijau dan terkadang ujung bunga berwarna merah jambu.
Bagian utama dari tanaman adalah rimpangnya yang berada di dalam tanah. Rimpang
ini biasanya tumbuh menjalar dan rimpang induk biasanya berbentuk ellips.
Kunyit dapat tumbuh dengan baik pada
ketingggian 0 – 1.200 m di atas permukaan laut. Adaptasi tanaman sangat baik
pada iklim panas sampai sedang dengan kelembaban tinggi. Tanah yang cocok untuk
tanaman kunyit adalah tanah yang subur, gembur, mengandung banyak humus dan
berdrainase baik. Untuk memperoleh pertumbuhan yang optimal, sebaiknya kunyit
memperoleh bulan basah sekitar 4 – 6 bulan sebelum gugurnya daun. Untuk
pembentukan rimpang sangat dibutuhkan cahaya matahari yang cukup. Kunyit
biasanya di panen pada umur sekitar 9 – 10 bulan. Cara panen cukup mudah yaitu
dengan menggali rimpang menggunakan garpu. Setelah digarpu, tanah disekitar
rimpang dibersihkan dan rimpang dikumpulkan dalam karung. Biasanya hasil panen
dapat mencapai 20 – 30 ton/ha rimpang segar.
Kunyit
tergolong dalam kelompok jahe-jahean, Zingiberaceae. Kunyit dikenal di berbagai daerah dengan beberapa nama
lokal, seperti Turmeric (Inggris), Kurkuma (Belanda), Kunyit (Indonesia dan
Malaysia), Kunir (Jawa), Koneng (Sunda), Konyet (Madura).
Kunyit
sering digunakan sebagai bumbu dalam masakan sejenis gulai, dan juga digunakan untuk memberi warna kuning
pada masakan, atau sebagai pengawet.[2] Produk
farmasi berbahan baku kunyit, mampu bersaing dengan berbagai obat paten,
misalnya untuk peradangan sendi (arthritis-
rheumatoid) atau osteo-arthritis berbahan aktif natrium
deklofenak, piroksikam, dan fenil butason dengan
harga yang relatif mahal atau suplemen makanan (Vitamin-plus) dalam bentuk
kapsul. Produk bahan jadi dari ekstrak kunyit berupa suplemen
makanan dalam bentuk kapsul (Vitamin-plus) pasar dan industrinya sudah
berkembang. Suplemen makanan dibuat dari bahan baku ekstrak kunyit dengan bahan
tambahan Vitamin B1, B2, B6, B12, Vitamin E, Lesitin, Amprotab, Mg-stearat,Nepagin dan Kolidon 90.
2.2 Manfaat Tanaman
Di
daerah Jawa, kunyit banyak digunakan sebagai ramuan jamu karena berkhasiat
menyejukkan, membersihkan, mengeringkan, menghilangkan gatal, dan menyembuhkan
kesemutan. Manfaat utama tanaman kunyit, yaitu: sebagai bahan obat tradisional,
bahan baku industri jamu dan kosmetik, bahan bumbu masak, peternakan dll.
Disamping itu rimpang tanaman kunyit itu juga bermanfaat sebagai anti
inflamasi, anti oksidan, anti mikroba, pencegah kanker, anti tumor, dan
menurunkan kadar lemak darah dan kolesterol, serta sebagai pembersih darah.
2.3 Syarat Pertumbuhan
1.
Iklim.
A.
Tanaman kunyit dapat tumbuh baik pada daerah
yang memiliki intensitas cahaya penuh atau sedang, sehingga tanaman ini sangat
baik hidup pada tempat-tempat terbuka atau sedikit naungan.
B.
Pertumbuhan terbaik dicapai pada daerah yang
memiliki curah hujan 1000-4000 mm/tahun. Bila ditanam di daerah curah hujan
< 1000 mm/tahun, maka system pengairan harus diusahakan cukup dan tertata
baik. Tanaman ini dapat dibudidayakan sepanjang tahun. Pertumbuhan yang paling
baik adalah pada penanaman awal musim hujan.
C.
Suhu udara yang optimum bagi tanaman ini
antara 19-30°C.
2.
Media Tanam
A.
Kunyit tumbuh subur pada tanah gembur, pada
tanah yang dicangkul dengan baik akan menghasilkan umbi yang berlimpah.
B.
Jenis tanah yang diinginkan adalah tanah
ringan dengan bahan organik tinggi, tanah lempung berpasir yang terbebas dari
genangan air/sedikit basa.
3.
Ketinggian Tempat : Kunyit tumbuh baik di
dataran rendah (mulai < 240 m dpl) sampai dataran tinggi (> 2000 m dpl).
Produksi optimal + 12 ton/ha dicapai pada ketinggian 45 m dpl.
2.4 Pedoman Budidaya
1.
Persyaratan Bibit :
Bibit kunyit yang baik berasal dari pemecahan rimpang, karena lebih mudah
tumbuh. Syarat bibit yang baik : berasal dari tanaman yang tumbuh subur, segar,
sehat, berdaun banyak dan hijau, kokoh, terhindar dari serangan penyakit; cukup
umur/berasal dari rimpang yang telah berumur > 7-12 bulan; bentuk, ukuran,
dan warna seragam; memiliki kadar air cukup; benih telah mengalami masa
istirahat (dormansi) cukup; terhindar dari bahan asing (biji tanaman lain,
kulit, kerikil).
2.
Penyiapan Bibit : Rimpang bahan bibit
dipotong agar diperoleh ukuran dan dengan berat yang seragam serta untuk
memperkirakan banyaknya mata tunas/rimpang. Bekas potongan ditutup dengan abu
dapur/sekam atau merendam rimpang yang dipotong dengan larutan fungisida
(benlate dan agrymicin) guna menghindari tumbuhnya jamur. Tiap potongan rimpang
maksimum memiliki 1-3 mata tunas, dengan berat antara 20-30 gram dan panjang
3-7 cm.
3.
Teknik Penyemaian Bibit.Pertumbuhan tunas
rimpang kunyit dapat dirangsang dengan cara : mengangin-anginkan
rimpang di tempat teduh atau lembab selama 1-1,5 bulan, dengan penyiraman 2
kali sehari (pagi dan sore hari). Bibit tumbuh baik bila disimpan dalam suhu
kamar (25-28°C). Selain itu menempatkan rimpang diantara jerami pada suhu udara
sekitar 25-28°C. dan merendam bibit pada larutan ZPT (zat pengatur tumbuh)
selama 3 jam. ZPT yang sering digunakan adalah larutan atonik (1 cc/1,5 liter
air) dan larutan G-3 (500-700 ppm). Rimpang yang akan direndam larutan ZPT
harus dikeringkan dahulu selama 42 jam pada suhu udara 35°C. Jumlah anakan atau
berat rimpang dapat ditingkatkan dengan jalan direndam pada larutan
pakloburazol sebanyak 250 ppm.
4.
Pemindahan Bibit : Bibit yang telah siap
lalu ditempatkan pada persemaian, dimana rimpang akan muncul tunas telah
tanaman berumur 1-1,5 bulan. Setelah tunas tumbuh 2-3 cm maka rimpang sudah
dapat ditanam di lahan. Pemindahan bibit yang telah bertunas harus dilakukan
secara hati-hati guna menghindari agar tunas yang telah tumbuh tidak rusak.
Bila ada tunas/akar bibit yang saling terkait maka akar tersebut dipisahkan
dengan hati-hati lalu letakkan bibit dalam wadah tertentu untuk memudahkan
pengangkutan bibit ke lokasi lahan. Jika jarak antara tempat pembibitan dengan
lahan jauh maka bibit perlu dilindungi agar tetap lembab dan segar ketika tiba
di lokasi. Selama pengangkutan, bibit yang telah bertunas jangan ditumpuk.
5.
Pengairan dan Penyiraman :
Tanaman kunyit termasuk tanaman tidak tahan air. Oleh sebab itu drainase dan
pengaturan pengairan perlu dilakukan secermat mungkin, agar tanaman terbebas
dari genangan air sehingga rimpang tidak.membusuk. Perbaikan drainase baik
untuk melancarkan dan mengatur aliran air serta sebagai penyimpan air di saat
musim kemarau.
6.
Waktu Penyemprotan Pestisida :
Penyemprotan pestisida dilakukan jika telah timbul gejala serangan hama
penyakit.
7.
Pemulsaan : Sedapat mungkin pemulsaan
dengan jerami dilakukan diawal tanam untuk menghindari kekeringan tanah,
kerusakan struktur tanah (menjadi tidak gembur/padat) dan mencegah tumbuhnya
gulma secara berlebihan. Jerami dihamparkan merata menutupi permukaan tanah di
antara lubang tanaman.
2.5 Hama Dan Penyakit
1.
Hama
A.
Ulat penggerek akar (Dichcrosis puntifera.)
§
Gejala: pada pangkal akar dimana tunas daun
menjadi layu dan lama kelamaan tunas menjadi kering lalu membusuk.
§
Pengendalian: tanaman disemprot/ditaburkan
insektisida furadan G-3.
2.
Penyakit
A.
Busuk bakteri rimpang
§
Penyebab : : oleh kurang baik sistem
pengairan (drainase) atau disebabkan oleh rimpang yang terluka akibat alat-alat
pertanian, sehingga luka rimpang kemasukan cendawan.
§
Gejala: kulit akar tanaman menjadi keriput
dan mengelupas, kemudian rimpang lama kelamaan membusuk dan keropos.
§
Pengendalian:
1.
mencegah terjadi genangan air pada lahan, mencegah
terlukanya rimpang;
2.
penyemprotanfungisida dithane M-45.
Karat daun kunyit
§
Penyebab : Taphrina macullans Bult dan
Colletothrium capisici atau oleh kutu daun yang disebut Panchaetothrips.
§
Gejala: timbulnya warna coklat (karat) pada
helaian daun; bila penyakit ini menyerang tanaman dewasa/daun yang tua maka
tidak akan.mempengaruhi produksinya sebaliknya jika menyerang tanaman/daun
muda, menyebabkan tanaman tersebut menjadi mati.
§
Pengendalian:
1.
Dilakukan dengan mengurangi kelembaban;
2.
Penyemprotan insektisida, seperti dengan
agrotion 2 cc/liter atau dengan fungisida dithane M-45 secara teratur selama
seminggu sekali
Gulma :
Gulma potensial pada pertanaman kunyit ini adalah gulma kebun yang umum yaitu
alang-alang, rumput teki, rumput lulangan, ageratum, dan gulma berdaun lebar
lainnya.
Pengendalian
hama/penyakit secara organik : Dalam pertanian organik yang tidak menggunakan
bahan-bahan kimia berbahaya melainkan dengan bahan-bahan yang ramah lingkungan
biasanya dilakukan secara terpadu sejak awal pertanaman untuk menghindari
serangan hama dan penyakit tersebut yang dikenal dengan PHT (Pengendalian Hama
Terpadu) yang komponennya adalah sbb:
Terpadu) yang komponennya adalah sbb:
Mengusahakan pertumbuhan tanaman yang sehat
yaitu memilih bibit unggul yang sehat bebas dari hama dan penyakit serta tahan
terhadap serangan hama dari sejak awal pertanaman
Memanfaatkan semaksimal mungkin musuh-musuh
alami
Menggunakan varietas-varietas unggul yang
tahan terhadap serangan hama dan penyakit.
Menggunakan pengendalian fisik/mekanik yaitu
dengan tenaga manusia.
Menggunakan teknik-teknik budidaya yang baik
misalnya budidaya tumpang sari dengan pemilihan tanaman yang saling menunjang,
serta rotasi tanaman pada setiap masa tanamnya untuk memutuskan siklus
penyebaran hama dan penyakit potensial.
Penggunaan pestisida, insektisida, herbisida
alami yang ramah lingkungan dan tidak menimbulkan residu toksik baik pada bahan
tanaman yang dipanen ma maupun pada tanah. Disamping itu penggunaan bahan ini
hanya dalam keadaan darurat berdasarkan aras kerusakan ekonomi yang diperoleh
dari hasil pengamatan.
2.6 Gambaran Peluang Agribisnis
Dewasa ini rata-rata kebutuhan bahan baku
kunyit untuk industri kosmetik/jamu tradisional yang ada di Indonesia antara
1,5-6 ton/bulan. Tingkat kebutuhan pasar dari tahun ke tahun semakin meningkat dengan
persentase peningkatan 10-25% per tahunnya. Kebutuhan lebih tinggi pada saat
menjelang hari-hari besar/hari raya. Permintaan kebutuhan industri di atas
sebagian besar berasal dari pasokan para petani. Melihat dari kebutuhan
rata-.rata industri jamu dan kosmetik yang ada di dalam negeri, suplai dan
permintaan terhadap kunyit tidak seimbang, apalagi memenuhi permintaan pasar
luar negeri. Sementara kebutuhan kunyit dunia hingga saat ini mencapai ratusan
ribu ton/tahun. Sebagian kecil dari jumlah tersebut dipenuhi oleh negara India,
Haiti, Srilanka, Cina, dan negara-negara lainnya. Indonesia kini sudah
selayaknya membudidayakan tanaman ini, terutama dengan sistem
monokultur/tumpang sari sehingga produksi yang dicapai lebih cepat dan tinggi,
agar kebutuhan minimal dalam negeri terpenuhi secara optimal. Walaupun di
daerah Jawa Tengah kini sudah diupayakan sistem penanaman tersebut, juga
diperhitungkan dari sudut produktivitas dan jalur tata niaganya, namun luas
lahan tanam yang ada belum maksimal untuk memenuhi kebutuhan pasar luar negeri
yang mencapai ratusan ribu ton/ha-nya. Indonesia sebenarnya mulai mengekspor
kunyit. Negara yang dituju antara lain Asia (Malaysia, Singapura, Hongkong,
Taiwan, dan Jepang), Amerika, dan Eropa (Jerman Barat dan Belanda). Pada tahun
1987, nilai ekspor tanaman kunyit Indonesia menyumbangkan devisa yang besar
bagi negara.
Namun
pada tahun berikutnya jumlah ekspor tersebut mulai mengalami penurunan dan
sempat terhenti pada tahun 1989. Negara India, Cina, Haiti, Srilanka, dan Jamaika
kini mulai membudidayakan tanaman kunyit secara besar-besaran dan mereka sudah
dapat mengestimasikan produksinya hingga +20
ton/ha. Dari segi jalur tata niaga, kunyit tergolong efisien, karena dari
petani langsung disalurkan ke pedagang pengumpul, lalu ke pabrik/pedagang
besar. Maka harga yang diterima petani mencapai 70% dari harga tingkat pabrik,
dimana 30% merupakan marjin tata niaga yang terdiri atas 12% marjin biaya dan
18% merupakan marjin keuntungan. Berdasarkan kondisi ini, tata niaga kunyit bisa
ditingkatkan lagi, karena marjin terbesar berada pada keuntungan pedagang.
Peluang agribisnis kunyit di Indonesia dapat dikembangkan. Kenyataan ini
dilandaskan pada tingkat produktivitas, jalur tata niaga, dan kebutuhan kunyit
dari berbagai industri yang membutuhkannya.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kunyit
sering digunakan sebagai bumbu dalam masakan sejenis gulai, dan juga digunakan untuk memberi warna kuning
pada masakan, atau sebagai pengawet.[2] Produk
farmasi berbahan baku kunyit, mampu bersaing dengan berbagai obat paten,
misalnya untuk peradangan sendi (arthritis-
rheumatoid) atau osteo-arthritis berbahan aktif natrium
deklofenak, piroksikam, dan fenil butason dengan
harga yang relatif mahal atau suplemen makanan (Vitamin-plus) dalam bentuk
kapsul. Produk bahan jadi dari ekstrak kunyit berupa suplemen
makanan dalam bentuk kapsul (Vitamin-plus) pasar dan industrinya sudah
berkembang. Suplemen makanan dibuat dari bahan baku ekstrak kunyit dengan bahan
tambahan Vitamin B1, B2, B6, B12, Vitamin E, Lesitin, Amprotab, Mg-stearat,Nepagin dan Kolidon 90
Tidak ada komentar:
Posting Komentar