USAHA
PENGOLAHAN DAUN PANDAN
NAMA:
Rizqi Putri Winanti
NIM
: 111201013
KELAS
: HUT 4A
1.
Deskripsi
Pelaku Usaha
Usaha pengolahan
daun pandan menjadi tikar dan sumpit yang dilakukan oleh masyarakat lokal di
Desa Juhar, kecamatan Tiga Binanga ini tidak dilakukan perorangan tetapi
dilakukan oleh sekelompok orang dalam suatu kelompok masyarakat. Pengolahan ini
sudah lama dilakukan, yang merupakan warisan dari orang tua mereka.
Kegiatan
menganyam daun pandan, umunya dilakukan oleh kaum wanita. Kaum laki-laki hanya
membantu pada saat pengambilan bahan baku dan memasarkan hasil anyaman keluar
atau ke pasar.
Para pengrajin
daun pandan di Desa Juhar, Kecamatan Tiga Binanga ini, biasanya hanya mengolah
daun pandan untuk dijadikan tikar dan sumpit (kantung beras pada acara
adat/pesta), serta pernah dibuat topi tetapi pemasarannya tidak memuaskan. Umumnya
usaha ini dilakukan untuk keperluan sendiri, namun ada juga yang menjualnya ke
pasar yang letaknya tidak jauh dari desa tersebut.
2.
Proses
Produksi
Bahan baku yang
diperoleh untuk pengolahan daun pandan ini oleh masyarakat lokal di Desa Juhar,
Kecamatan Tiga Binanga ini didapat dari hutan adat yang mereka milki. Hanya
sebagian kecil pengrajin yang membudidayakannya dalam skala kecil.
Kontinuitas
bahan baku menjadi tidak terjamin, karena para pengrajin tidak membudidayakan
daun pandan, dan pengambilan bahan baku di hutan adat dilakukan sesuai dengan
kebutuhan dari setiap pengrajin itu sendiri.
Pengolahan daun pandan biasanya dilakukan oleh perempuan
dengan teknik yang telah mereka kenal secara turun-temurun sebagai berikut :
1.
Pemanenan
daun pandan
Pemanenan
dilakukan pada daun yang sudah tua yang terletak pada bagian bawah. Daun yang
tidak layak untuk dianyam juga ikut dipanen dengan tujuan untuk membersihkan
rumpun pandan, sehingga pada panen berikutnya menghasilkan daun pandan yang
berkualitas baik. Pemanenan dilakukan dengan memotong bagian bawah daun memakai
pisau. Cara ini masih dianggap efektif dan efisien, karena pemanenan bersifat
selektif hanya untuk daun yang sudah tua. Daun pandan yang sudah dipanen,
langsung dipisahkan sesuai ukuran untuk memudahkan dalam penyortiran.
Penyortiran perlu dilakukan karena produk anyaman ditentukan oleh ukuran
panjang daun pandan.
2.
Pembuangan
duri dan pembelahan daun pandan
Pembuangan
duri perlu dilakukan secara hati-hati karena duri daun pandan cukup tajam. Pembuangan
duri dilakukan untuk memudahkan proses penganyaman. Pembelahan dilakukan hampir
seragam 0.5-0.7 cm karena produk anyaman yang akan dihasilkan berupa sumpit dan
tikar memerlukan ukuran daun yang seragam. Pembelahan dilakukan sebaiknya pada
saat daun masih segar untuk memudahkan pengerjaan dan menjaga kualitas daun.
3.
Pememaran
daun pandan
Pememaran
daun pandan bertujuan untuk memipihkan daun pandan sehingga lebih padat dan
elastis saat dianyam. Pememaran daun pandan dilakukan dengan menumbuk daun pandan
menggunakan alat tumbuk dari kayu.
4.
Perebusan
daun pandan
Daun
pandan direbus sekitar 30 menit atau sampai warna daun berubah menjadi kuning
kecoklatan. Perebusan bertujuan untuk menjaga kondisi daun dan mengurangi
kekakuan, secara kimia ini diduga dapat menghilangkan pati dan bahan larut air
lainnya.
5.
Perendaman
daun pandan
Daun
pandan direndam selama 3-4 hari, biasanyan dilakukan di sungai atau di dalam
bak/drum. Perendaman dilakukan untuk meningkatkan keawetan daun atau
menghilangkan kandungan karbohidrat.
6.
Penjemuran
Sebelum
dianyam daun pandan dikeringkan dengan cara dijemur selama 5-7 hari untuk
memudahkan penganyaman dan mempertahankan ukuran selama pemakaian.
Sistem pemasaran dilakukan dengan menjual hasil anyaman ke passar kecamatan
atau menunggu pembeli datang ke rumah pengrajin. Sistem pemasaran hasil anyaman
daun pandan dibagi menjadi dua, yaitu:
1.
Pemasaran
daun pandan
Daun
pandan yang dipasarkan adalah yang siap dianyam, berupa daun pandan yang telah
diolah dan dikeringkan. Penjualan daun dilakukan dalam bentuk ikatan. Satu ikat
berisi 400-500 lembar dijual dengan harga Rp.12.000-Rp.15.000 tergantung
panjang daun, sedangkan pembelian 3 ikat dapat ditawar dengan harga
Rp.35.000-Rp40.000.
2.
Pemasaran
produk anyaman
Produk
anyaman yang biasa dipasarkan terutama berupa tikar selain itu juga, berupa
sumpit dan topi. Satu ikat daun pandan kering dapat diolah menjadi tikar ukuran
2 x 1 m yang dapat dijual dengan harga Rp.45.000-Rp.60.000. sedangkan untuk
tikar dengan ukuran 2 x 3 m memerlukan tiga ikat daun pandan kering yang dapat
dijual dengan harga Rp.100.000-Rp.120.000. Nilai tambah yang diperoleh dari
satu lembar tikar ukuran 2 x 1 m adalah sebesar Rp.33.000-Rp.45.000. Sedangkan
untuk tikar dengan ukuran 2 x 3 m diperoleh nilai tambah sebesar Rp.65.000-Rp.80.000.
Nilai tambah tersebut tidak termasuk biaya produksi karena tenaga kerja tidak
dihitung (dikerjakan sendiri).
Kriteria
hasil anyaman yang dianggap berkualitas nomor satu antara lain ialah kultivar
daun pandan yang digunakan, ukuran helaian daun pandan, kerapatan menganyam dan
motif. Semakin kecil ukuran helaian daun pandan dan semakin rapat menganyam
serta bermotif menarik maka harga anyaman semakin mahal.
3.
Upaya
yang dilakukan Pengusaha untuk Mengatasi Kendala Usaha
Dalam proses mengatasi
kontinuitas bahan baku, para pengrajin di Desa Juhar sudah mulai melakukan
pembudidayaan pandan duri (Pandanus tectorius) dalam skala kecil, di lahan yang berada
di sekitar hutan adat tersebut.
Tetapi dalam kendala
yang dihadapi seperti pemasaran yang kurang, teknologi yang dipakai masih
sederhana dan produk yang dihasilkan kurang inovatif, para pengrajin tidak
berbuat banyak untuk memperbaiki hal tersebut. Mungkin, hal disebabkan
keterbatasan ekonomi, dan juga latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh
para pengrajin tersebut, karena cara pengolahan yang diketahui merupakan ilmu
warisan atau diturunkan oleh para leluhur mereka.
4.
Rekomendasi
Untuk Kendala Usaha
Dalam proses usaha
untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, teknologi yang digunakan haruslah
memadai, pada usaha pengolahan daun pandan di Desa Juhar ini teknologi yang
dihasilkan masih sangat sederhana. Misalnya untuk melakukan proses penjemuran
daun pandan yang memerlukan waktu 5-7 hari dengan menggunakan sinar matahari.
Waktu yang diperlukan akan lebih lama jika cuaca kurang mendukung, sebaiknya
untuk menghemat waktu penjemuran dan hasil yang didapatkan lebih maksimal
digunakan oven untuk proses penjemuran sehingga tidak lagi bergantung pada
sinar matahari apalagi akibat pemanasan global, cuaca cepat sekali berubah
tanpa dapat diprediksi.
Selain
teknologi, untuk menambah daya jual dan kualitas produk yang dihasilkan harus
lebih inovatif dan dekoratif. Misalnya, selain tikar dan sumpit dapat juga
dihasilkan tas dengan dekorasi yang indah dan warna-warna yang menarik, agar
para pembeli atau pengunjung yang datang ke Desa Juhar dapat memiliki oleh-oleh
khas dari desa tersebut.
Pemasaran
produk yang selama ini dilakukan oleh pengrajin hanya menunggu pembeli yang datang
ke Desa Juhar tersebut atau menjualnya ke pasar yang terletak tidak jauh dari
desa, ini berarti menandakan yang menjadi pembeli hanya orang sekitar. Untuk
memperluas jaringan, setidaknya para pengrajin bekerjasama dengan seseorang
yang tinggal di kota atau membuat koperasi pengrajin itu sendiri untuk membuat
toko agar produk yang mereka hasilkan dapat bernilai jual tinggi dan terkenal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar