Sabtu, 20 April 2013


USAHA PENGOLAHAN DAUN PANDAN

NAMA: Rizqi Putri Winanti
NIM : 111201013
KELAS : HUT 4A

1.      Deskripsi Pelaku Usaha
Usaha pengolahan daun pandan menjadi tikar dan sumpit yang dilakukan oleh masyarakat lokal di Desa Juhar, kecamatan Tiga Binanga ini tidak dilakukan perorangan tetapi dilakukan oleh sekelompok orang dalam suatu kelompok masyarakat. Pengolahan ini sudah lama dilakukan, yang merupakan warisan dari orang tua mereka.
Kegiatan menganyam daun pandan, umunya dilakukan oleh kaum wanita. Kaum laki-laki hanya membantu pada saat pengambilan bahan baku dan memasarkan hasil anyaman keluar atau ke pasar.
Para pengrajin daun pandan di Desa Juhar, Kecamatan Tiga Binanga ini, biasanya hanya mengolah daun pandan untuk dijadikan tikar dan sumpit (kantung beras pada acara adat/pesta), serta pernah dibuat topi tetapi pemasarannya tidak memuaskan. Umumnya usaha ini dilakukan untuk keperluan sendiri, namun ada juga yang menjualnya ke pasar yang letaknya tidak jauh dari desa tersebut.

2.      Proses Produksi
Bahan baku yang diperoleh untuk pengolahan daun pandan ini oleh masyarakat lokal di Desa Juhar, Kecamatan Tiga Binanga ini didapat dari hutan adat yang mereka milki. Hanya sebagian kecil pengrajin yang membudidayakannya dalam skala kecil.
Kontinuitas bahan baku menjadi tidak terjamin, karena para pengrajin tidak membudidayakan daun pandan, dan pengambilan bahan baku di hutan adat dilakukan sesuai dengan kebutuhan dari setiap pengrajin itu sendiri.
Pengolahan daun pandan biasanya dilakukan oleh perempuan dengan teknik yang telah mereka kenal secara turun-temurun sebagai berikut :
1.        Pemanenan daun pandan
Pemanenan dilakukan pada daun yang sudah tua yang terletak pada bagian bawah. Daun yang tidak layak untuk dianyam juga ikut dipanen dengan tujuan untuk membersihkan rumpun pandan, sehingga pada panen berikutnya menghasilkan daun pandan yang berkualitas baik. Pemanenan dilakukan dengan memotong bagian bawah daun memakai pisau. Cara ini masih dianggap efektif dan efisien, karena pemanenan bersifat selektif hanya untuk daun yang sudah tua. Daun pandan yang sudah dipanen, langsung dipisahkan sesuai ukuran untuk memudahkan dalam penyortiran. Penyortiran perlu dilakukan karena produk anyaman ditentukan oleh ukuran panjang daun pandan.
2.        Pembuangan duri dan pembelahan daun pandan
Pembuangan duri perlu dilakukan secara hati-hati karena duri daun pandan cukup tajam. Pembuangan duri dilakukan untuk memudahkan proses penganyaman. Pembelahan dilakukan hampir seragam 0.5-0.7 cm karena produk anyaman yang akan dihasilkan berupa sumpit dan tikar memerlukan ukuran daun yang seragam. Pembelahan dilakukan sebaiknya pada saat daun masih segar untuk memudahkan pengerjaan dan menjaga kualitas daun.
3.        Pememaran daun pandan
Pememaran daun pandan bertujuan untuk memipihkan daun pandan sehingga lebih padat dan elastis saat dianyam. Pememaran daun pandan dilakukan dengan menumbuk daun pandan menggunakan alat tumbuk dari kayu.
4.        Perebusan daun pandan
Daun pandan direbus sekitar 30 menit atau sampai warna daun berubah menjadi kuning kecoklatan. Perebusan bertujuan untuk menjaga kondisi daun dan mengurangi kekakuan, secara kimia ini diduga dapat menghilangkan pati dan bahan larut air lainnya.
5.        Perendaman daun pandan
Daun pandan direndam selama 3-4 hari, biasanyan dilakukan di sungai atau di dalam bak/drum. Perendaman dilakukan untuk meningkatkan keawetan daun atau menghilangkan kandungan karbohidrat.
6.        Penjemuran
Sebelum dianyam daun pandan dikeringkan dengan cara dijemur selama 5-7 hari untuk memudahkan penganyaman dan mempertahankan ukuran selama pemakaian.

Sistem pemasaran dilakukan dengan menjual hasil anyaman ke passar kecamatan atau menunggu pembeli datang ke rumah pengrajin. Sistem pemasaran hasil anyaman daun pandan dibagi menjadi dua, yaitu:
1.        Pemasaran daun pandan
Daun pandan yang dipasarkan adalah yang siap dianyam, berupa daun pandan yang telah diolah dan dikeringkan. Penjualan daun dilakukan dalam bentuk ikatan. Satu ikat berisi 400-500 lembar dijual dengan harga Rp.12.000-Rp.15.000 tergantung panjang daun, sedangkan pembelian 3 ikat dapat ditawar dengan harga Rp.35.000-Rp40.000.
2.        Pemasaran produk anyaman
Produk anyaman yang biasa dipasarkan terutama berupa tikar selain itu juga, berupa sumpit dan topi. Satu ikat daun pandan kering dapat diolah menjadi tikar ukuran 2 x 1 m yang dapat dijual dengan harga Rp.45.000-Rp.60.000. sedangkan untuk tikar dengan ukuran 2 x 3 m memerlukan tiga ikat daun pandan kering yang dapat dijual dengan harga Rp.100.000-Rp.120.000. Nilai tambah yang diperoleh dari satu lembar tikar ukuran 2 x 1 m adalah sebesar Rp.33.000-Rp.45.000. Sedangkan untuk tikar dengan ukuran 2 x 3 m diperoleh nilai tambah sebesar Rp.65.000-Rp.80.000. Nilai tambah tersebut tidak termasuk biaya produksi karena tenaga kerja tidak dihitung (dikerjakan sendiri).
Kriteria hasil anyaman yang dianggap berkualitas nomor satu antara lain ialah kultivar daun pandan yang digunakan, ukuran helaian daun pandan, kerapatan menganyam dan motif. Semakin kecil ukuran helaian daun pandan dan semakin rapat menganyam serta bermotif menarik maka harga anyaman semakin mahal.

3.      Upaya yang dilakukan Pengusaha untuk Mengatasi Kendala Usaha
Dalam proses mengatasi kontinuitas bahan baku, para pengrajin di Desa Juhar sudah mulai melakukan pembudidayaan pandan duri                 (Pandanus tectorius) dalam skala kecil, di lahan yang berada di sekitar hutan adat tersebut.
Tetapi dalam kendala yang dihadapi seperti pemasaran yang kurang, teknologi yang dipakai masih sederhana dan produk yang dihasilkan kurang inovatif, para pengrajin tidak berbuat banyak untuk memperbaiki hal tersebut. Mungkin, hal disebabkan keterbatasan ekonomi, dan juga latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh para pengrajin tersebut, karena cara pengolahan yang diketahui merupakan ilmu warisan atau diturunkan oleh para leluhur mereka.

4.      Rekomendasi Untuk Kendala Usaha
 Dalam proses usaha untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, teknologi yang digunakan haruslah memadai, pada usaha pengolahan daun pandan di Desa Juhar ini teknologi yang dihasilkan masih sangat sederhana. Misalnya untuk melakukan proses penjemuran daun pandan yang memerlukan waktu 5-7 hari dengan menggunakan sinar matahari. Waktu yang diperlukan akan lebih lama jika cuaca kurang mendukung, sebaiknya untuk menghemat waktu penjemuran dan hasil yang didapatkan lebih maksimal digunakan oven untuk proses penjemuran sehingga tidak lagi bergantung pada sinar matahari apalagi akibat pemanasan global, cuaca cepat sekali berubah tanpa dapat diprediksi.
Selain teknologi, untuk menambah daya jual dan kualitas produk yang dihasilkan harus lebih inovatif dan dekoratif. Misalnya, selain tikar dan sumpit dapat juga dihasilkan tas dengan dekorasi yang indah dan warna-warna yang menarik, agar para pembeli atau pengunjung yang datang ke Desa Juhar dapat memiliki oleh-oleh khas dari desa tersebut.
Pemasaran produk yang selama ini dilakukan oleh pengrajin hanya menunggu pembeli yang datang ke Desa Juhar tersebut atau menjualnya ke pasar yang terletak tidak jauh dari desa, ini berarti menandakan yang menjadi pembeli hanya orang sekitar. Untuk memperluas jaringan, setidaknya para pengrajin bekerjasama dengan seseorang yang tinggal di kota atau membuat koperasi pengrajin itu sendiri untuk membuat toko agar produk yang mereka hasilkan dapat bernilai jual tinggi dan terkenal.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar