AGRIBISNIS
TANAMAN KEMENYAN
NAMA : BANGUN SIKETTANG
NIM : 111201025
KELAS : HUTAN
4A
PENDAHULUAN
Pelestarian dan peningkatan kualitas
tanaman hutan perlu mendapat perhatian, terutama terhadap tanaman yang dapat
menghasilkan produk nonkayu yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Salah satu
tanamanhutan yang sangat penting untuk dikembangkan dan dibudidayakan adalah
kemenyan sumatrana (Styrax benzoin Dryander) karena mempunyai
nilai ekonomi tinggi, yaitu tumbuhan yang penghasil getah kulit yang disebut
kemenyan dengan kualitas ekspor (BPS, 2003).
Kemenyan
sumatrana mengandung senyawa bioaktif yang dapat digunakan sebagai bahan baku
obat (Sianipar dan Simanjuntak, 2000). Tanaman ini tumbuh dengan baik di hutan
Sumatera Utara, khususnya di lima kabupaten seperti Kabupaten Tapanuli Utara
(Taput), Kabupaten Dairi, Kabupaten Toba dan Samosir (Tobasa), Kabupaten
Samosir, dan Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas). Beberapa kabupaten lain
masih dimungkinkan untuk tempat tumbuh tanaman kemenyan sumatrana (Styrax
benzoin Dryander), namun tanaman kemenyan belum dibudidayakan melalui
hutan-hutan rakyat maupun tanaman industi.
Produksi kemenyan Sumatera Utara masih
berasal dari tanaman yang tumbuh secara liar di hutan. Budidaya kemenyan
sumatrana dalam jumlah banyak
sulit
untuk dilakukan karena kendala dalam penyediaan bibit. Berdasarkan hasil
wawancara dengan masyarakat secara sampling di beberapa kabupaten di sekitar
hutan diketahui bahwa bibit kemenyan di dalam hutan tersebut diperoleh dari
biji
yang
tumbuh liar. Usaha untuk menghasilkan bibit melalui biji sering dicoba
masyarakat, akan tetapi, viabilitasnya sangat rendah karena kulit biji yang
keras dan sulitnya mendapatkan media untuk menumbuhkan biji di persemaian. Hal
ini
menyebabkan
usaha budidaya kemenyan menjadi sulit dilakukan, terutama untuk kebutuhan hutan
rakyat dan hutan industri lahan luas.
Dengan demikian bila budidaya kemenyan
tidak dilakukan dan bila kebutuhan bibit tidak dapat diatasi maka diperkirakan
dalam waktu singkat tanaman ini akan punah. Usaha untuk menumbuhkan biji
kemenyan sebagai bibit untuk digunakan sumber eksplan dalam kultur jaringan
telah dilakukan oleh peneliti (Nurwahyuni, 2002) tetapi tidak dapat
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi untuk penyediaan bibit.
Penyediaan bibit kemenyan umumnya
dilakukan secara konvensional dengan biji yang tumbuh secara alami, sehingga
penanaman kemenyan dalam jumlah besar dan seragam di hutan tidak memungkinkan.
Sebagai alternatif terbaik untuk memenuhi penyediaan bibit kemenyan dalam
jumlah besar harus dilakukan melalui teknik in vitro, karena dapat memproduksi
bibit dalam jumlah banyak dan seragam dalam waktu relatif singkat.
Penelitian awal dalam perbanyakan
kemenyan sumatrana (Styrax benzoin Dryander) melalui kultur pucuk telah
dilakukan oleh peneliti (Nurwahyuni, 2002). Hasil penelitian menunjukkan
tahapan yang menggembirakan dengan media MS diperkaya NAA dan kinetin
menghasilkan kalus dan kalus berakar. Usaha pelestarian tanaman penghasil
senyawa bioaktif, sebagai bahan obat-obatan telah dilakukan oleh (Shahjahan dan
Islam, 1998; Bacchi, dkk. 1995; Bacchi dan Sertie, 1994; Jiang, dkk., 1979;
Ulubelen dan Goren, 1973). Kemenyan sumatrana (Styrax benzoin Dryander)
memiliki banyak senyawa bioaktif NURWAHYUNI ET AL. J. Biologi Sumatera 27
seperti asam sinamat dan turunannya, yaitu senyawakimia yang dapat digunakan
sebagai bahan baku untuk industri kosmetika dan obat-obatan (Sianipar dan
Simanjuntak, 2000; Luo, dkk., 1996). Perbanyakan tanaman ini didasarkan pada
perbanyakan tanaman dikotil yang memiliki nilai ekonomi (Chaturvedi, dkk.,
1982). Dan dasar pemilihan eksplan jaringan muda karena jaringan tersebut
mengandung sel-sel yang aktif membelah atau sel meristematik (Ling dan Iwamasa,
1997; Balch dan Alejo, 1997). Eksplan ditanam pada media MS (Murashige dan
Skoog, 1962; Murashige dan Tucker, 1969).
Ada beberapa jenis ZPT yang digunakan dalam
kultur jaringan tanaman, namun efisiensi dan efektivitasnya berbeda terhadap
jenis tanaman yang berbeda. Sebagai contoh, kinetin sangat efektif untuk kultur
buku batang (Carimi, dkk., 1995), sementara sitokinin konsentrasi rendah dapat
memacu perkembangan tunas sedangkan konsentrasi tinggi merangsang penggandaan
tunas (Nurwahyuni, 2004). Auksin pada konsentrasi rendah dapat memacu
pertumbuhan akar dan pada konsentrasi tinggi dapat merangsang pertumbuhan kalus
(Magoon dan Singh, 1995; Goh, dkk., 1995). Dengan demikian, pengaturan zat
pengatur tumbuh di dalam media sangat menentukan terhadap keberhasilan
pertumbuhan dan perkembangan kultur. Dalam perbanyakan tanaman dibutuhkan
pemilihan perbandingan konsentrasi auksin, sitokinin dan suplemen yang tepat,
karena hal ini akan menentukan dalam derajat keberhasilan pembentukan tanaman
baru (Nurwahyuni dan Tjondronegoro, 1994). Hasil telusur pustaka telah
dilakukan tetapi menunjukkan belum pernah dilakukan usaha kultur jaringan
terhadap tanaman styrax. Sehingga sebagai acuan perbanyakan kemenyan
dalam penelitian ini adalah pendekatan teknik in vitro tanaman tingkat
tinggi seperti jeruk manis (Nurwahyuni, 2003; Nurwahyuni, 2001a; Grosser, dkk.,
1996) dan kopi arabika (Nurwahyuni, 2001b, Nurwahyuni, 1999).
Beberapa hal penting yang perlu
diperhatikan dalam pemilihan eksplan untuk kultur jaringan tanaman tingkat
tinggi seperti di antaranya organ sumber eksplan, umur organ, musim, ukuran
eksplan, dan kualitas tanaman induk (Moreira- Dias, dkk., 2000; Hidaka, 1984;
Barlass dan Skene, 1982). Sumber eksplan adalah bagian vegetatif tanaman karena
mudah diperoleh. Usaha perbanyakan kemenyan sumatrana (Styrax benzoin Dryander)
melalui kultur daun pucuk juga telah dilakukan (Nurwahyuni, 2004, Nurwahyuni,
2005a dan 2005b) sebagai upaya mendapatkan kalus dengan kualitas lebih baik
untuk selanjutnya diregenerasi menjadi planlet dan tanaman. Pertambahan berat
kultur di dalam media juga didapatkan eksplan yang menghasilkan kalus
menunjukkan kalus yang berbeda tipe sehingga sangat memungkinkan untuk dilakukan
subkultur untukperbanyakan klonal dari kultur pucuk.
PEMBAHASAN
Kemenyan
adalah sejenis getah yang dihasilkan oleh pohon kemenyan (Styrax spp).
Ada dua jenis kemenyan yang dibudidayakan di Kabupaten Tapanuli Utara dan
sekitarnya, yaitu : hamija-on toba (Styrax paralleloneurum) dan hamijon durame
(Styrax benzoin). Kedua jenis tanaman kemenyan ini termasuk ordo
Ebenales, family Styraceae dan genus Styrax. Pohon kemenyan berukuran sedang sampai besar,
diameter antara 20-30 cm, dan tinggi mencapai 20-30 m. Batangnya lurus,
percabangannya sedikit, dan kulit batangnya berwarna coklat kemerah-merahan.
Tanaman kemenyan berdaun tunggal, tersusun spiral, dan berbentuk oval, yaitu
bulat memanjang dan ujungnya meruncing. Buah kemenyan berbentuk bulat, dan
lonjong (agak gepeng); dan di dalamnya terdapat biji
berwarna coklat. Tempat tumbuh tanaman kemenyan bervariasi, mulai
dari dataran rendah sampai dataran tinggi, yaitu pada ketinggian tempat 60-2100
m dari permukaan laut (dpl). Tanaman kemenyan tidak memerlukan persyaratan
tempat tumbuh yang istimewa. Tanaman ini dapat tumbuh pada jenis-jenis tanah:
po-solik, andosol, lotosol, dan regosol. Dan dapat tumbuh pada berbagai
asosiasi lainnya, mulai dari tanah yang bertekstur berat sampai ringan, dan tanah
yang kurang subur sampai yang subur. Selain itu, tanaman ini juga dapat tumbuh
pada tanah yang berporositas tinggi, yaitu yang mudah meneruskan atai
meresapkan air.
Tanaman Kemenyan termasuk jenis tanaman setengah toleran. Anakan kemenyan memerlukan naungan sinar matahari, dan setelah dewasa, pohon kemenyan memerlukan sinar matahari penuh. Selain itu, untuk pertumbuhan optimal kemenyan memerlukan curah hujan yang cukup tinggi, dan intensitas merata sepanjang tahun. Oleh karena itu, tanaman kemenyan cocok ditanam di daerah-daerah yang beriklim tipe A san tipe B menurut Schmidt & Ferguson.
Tanaman Kemenyan termasuk jenis tanaman setengah toleran. Anakan kemenyan memerlukan naungan sinar matahari, dan setelah dewasa, pohon kemenyan memerlukan sinar matahari penuh. Selain itu, untuk pertumbuhan optimal kemenyan memerlukan curah hujan yang cukup tinggi, dan intensitas merata sepanjang tahun. Oleh karena itu, tanaman kemenyan cocok ditanam di daerah-daerah yang beriklim tipe A san tipe B menurut Schmidt & Ferguson.
Budidaya
Kemenyan (Styrax benzoin)
·
Pengadaan Benih
Budidaya tanaman kemenyan diawali dengan pengambilan benih kemenyan dari pohon induknya. Kriteria pohon induk kemenyan adalah : bergetah banyak dan berkualitas baik; bebas hama dan penyakit; berbatang lurus dan silindris; bertajuk normal dan bagus; serta bercabang sedikit dan berbatang bebas cabang relative tinggi. Buah kemenyan yang dipilih untuk benih adalah yang masak dan berwarna coklat tua.
Budidaya tanaman kemenyan diawali dengan pengambilan benih kemenyan dari pohon induknya. Kriteria pohon induk kemenyan adalah : bergetah banyak dan berkualitas baik; bebas hama dan penyakit; berbatang lurus dan silindris; bertajuk normal dan bagus; serta bercabang sedikit dan berbatang bebas cabang relative tinggi. Buah kemenyan yang dipilih untuk benih adalah yang masak dan berwarna coklat tua.
·
Pengadaan Bibit
Pembuatan bibit kemenyan dilakukan dengan cara : persemaian
dan cabutan anakan dari permudaan alam. Cara lainnya, yaitu : stump. Stek, dan
kultur jaringan masih dalam tahap penelitian pihak-pihak terkait. Persemaian
merupakan cara yang mudah dilakukan. Awalnya benih kemenyan ditabur pada bedeng
tabor. Setelah berkecambah, kemudian dipindahkan pada polybag, dan dipelihara
sampai bibitnya siap tanam di lapangan.
·
Penanaman Bibit
Penanaman bibit kemenyan, terlebih dahulu dilakukan
persiapan lapangan, yiatu membuat jalur tanam dan lubang tanam. Jarak tanamnya
disesuaikan dengan kondisi tanah dan kelerengan lahannya. Karena setengah
toleran, anakan kemenyan yang ditanam di tempat terbuka harus diberi naunga.
Anakan kemenyan bisa juga ditanam dibawah pohon lainny, misalnya dibawah pohon
pinus, durian, dan kaliandra
·
Manfaat Ekonomis Kemenyan
Sampai saat ini belum ada pihak yang meneliti secara khusus
penghasilan petani kemenyan. Namun sebagai gambaran, berikut ini perhitungan
pendapatan petani kemenyan dari BP DAS Asahan Barumun. Pada lahan 1 ha, jika
jarak tanam pohon kemenyan 4 m x 5 m, maka jumlahnya 250 pohon. Jika hasil
penyadapan kemenyan rata-rata 1 Kg/Tahun, maka jumlah produksi kemenyan
sebanyak 250 kg/ha/tahun. Dan jika kualitas getahnya dikatagorikan kelas I, dan
harganya Rp.50.000,-/Kg, maka pendapatan kotor petani kemenyan sebesar Rp.12,5
juta/ha/tahun. Karena budidaya kemenyan ini dilakukan bersamaan dengan tanaman
lainnya, maka biaya pemeliharaannya relative rendah.
·
Penyadapan
Pohon kemenyan yang berdiameter lebih kurang 20 cm sudah
bisa disadap kemenyannya. Sebelum penyadapan kemenyannya, terlebih dahulu
tumbuhan di sekitar pohonnya dibersihkan telebih dahulu dengan parang. Begitu
juga tumbuhan yang melekat pada kulit pohonnya, dibersihkan dengan guris.
Penyadapan kemenyan dilakukan pada bagian pohon yang berada di bawah bagian tajuk
yang berdaun hijau muda dan rindang. Mula-mula kulit ditakik (dicongkel sampai
sedikit terangkat, dan tidak sampai lepas) dengan panuktuk, lalu, permukaan
kulit ini dipukul-pukul dengan gagang panuktuk sebesar lingkaran lubang
penyadapan yang diharapkan. Setelah 2-3 bulan, umumnya dalam takikan ini sudah
terdapat kemenyan. Dan, dengan menggunakan agat, kulit (yang menutup) takikan
dibuka untuk mengambil kemenyan dari lubang takikan.
·
Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman kemenyan yang biasa dilakukan adalah :
penyiangan, pendangiran, penyulaman, pemupukan, penjarangan, dan perlindungan
tanaman dari hama dan penyakit. Kegiatan ini dilakukan pada tahun pertama,
kedua, dan ketiga. Penjarangan pohon pelindung perlu dilakukan secara bertahap
untuk member ruang tumbuh lebih luas kepada tanaman kemenyan, agar memperoleh
banyak sinar matahari.
·
Pengolahan
Kemenyan hasil sadapan yang masih bercampur aduk dengan
kulit pohon kemenyan, selanjutnya disortir menjadi empat golongan, yaitu : mata
kasar, mata kacang/mata halus, jurur dan tahir. Golongan pertama harganya lebih
mahal, dan golongan selanjutnya lebih murah. Selain itu, dikenal juga kemnyan
tampangan, yaitu kemenyan yang dicampur dengan damar. Pengolahannya melalui
pemanasan, pencampuran, dan pencetakan. Perbandingan campurannya disesuaikan
dengan permintaan konsumen/pembeli.
·
Peluang Pasar Kemenyan
Menurut informasi dari Dinas Perdagangan dan Perindustrian
Kabupaten Tapanuli Utara, pada tahun 1926-1938 kemenyan sudah di ekspor dari
propinsi Sumatera Utara. Pada tahun 1985-1989, rata-rata pemasaran kemenyan
dalam negeri 3.312,52 ton/tahun (77,15%), dan rata-rata pemasaran kemenyan ke
luar negeri 982,6 ton/tahun (22,85%). Pada semester I tahun 1990, ekspor
kemenyan dari propinsi Sumatera Utara tercatat sebanyak 473.847 kg senilai US
583,966.
Pemasaran kemenyan di dalam negeri terutama di pulau Jawa.
Penggunaannya sebagian besar untuk bahan baku industri rokok dan dupa. Dan
pemasarannya ke luar negeri antara lain ke negara-negara : Singapura, Malaysia,
Hongkong, Taiwan, Jepang UEA, Switzerland, Perancis, dan USA. Diantara
negara-negara ini, yang paling banyak mengimpor kemenyan dari propinsi Sumatera
Utara adalah Singapura, yaitu sebanyak 461.982 Kg senilai US 545,996. Di
beberapa daerah usaha kemenyan sudah membudaya. Secara tehnis Silvikulture,
budidaya kemenyan dapat juga dilakukan di daerah lainnya. Harga dan peluang
pasarnya pun cukup prospektif. Oleh karena itu, kemenyan diharapkan dapat
dijadikan komoditi unggulan dalam pengembangan hutan rakyat dan hutan tanaman.
KESIMPULAN
Kemenyan
adalah sejenis getah yang dihasilkan oleh pohon kemenyan (Styrax spp).
Pohon kemenyan berukuran sedang sampai besar, diameter antara 20-30 cm, dan
tinggi mencapai 20-30 m. Batangnya lurus, percabangannya sedikit, dan kulit
batangnya berwarna coklat kemerah-merahan. Tanaman kemenyan berdaun tunggal,
tersusun spiral, dan berbentuk oval, yaitu bulat memanjang dan ujungnya
meruncing. Tanaman Kemenyan termasuk jenis tanaman setengah toleran. Anakan
kemenyan memerlukan naungan sinar matahari, dan setelah dewasa, pohon kemenyan
memerlukan sinar matahari penuh. Selain itu, untuk pertumbuhan optimal kemenyan
memerlukan curah hujan yang cukup tinggi, dan intensitas merata sepanjang
tahun. Oleh karena itu, tanaman kemenyan cocok ditanam di daerah-daerah yang
beriklim tipe A san tipe B menurut Schmidt & Ferguson.
Sampai
saat ini belum ada pihak yang meneliti secara khusus penghasilan petani
kemenyan. Namun sebagai gambaran, berikut ini perhitungan pendapatan petani
kemenyan dari BP DAS Asahan Barumun. Pada lahan 1 ha, jika jarak tanam pohon
kemenyan 4 m x 5 m, maka jumlahnya 250 pohon. Jika hasil penyadapan kemenyan
rata-rata 1 Kg/Tahun, maka jumlah produksi kemenyan sebanyak 250 kg/ha/tahun.
Dan jika kualitas getahnya dikatagorikan kelas I, dan harganya Rp.50.000,-/Kg,
maka pendapatan kotor petani kemenyan sebesar Rp.12,5 juta/ha/tahun. Karena
budidaya kemenyan ini dilakukan bersamaan dengan tanaman lainnya, maka biaya
pemeliharaannya relative rendah.
Menurut
informasi dari Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Tapanuli Utara,
pada tahun 1926-1938 kemenyan sudah di ekspor dari propinsi Sumatera Utara.
Pada tahun 1985-1989, rata-rata pemasaran kemenyan dalam negeri 3.312,52
ton/tahun (77,15%), dan rata-rata pemasaran kemenyan ke luar negeri 982,6
ton/tahun (22,85%). Pada semester I tahun 1990, ekspor kemenyan dari propinsi
Sumatera Utara tercatat sebanyak 473.847 kg senilai US 583,966
Pemasaran kemenyan di dalam negeri terutama di pulau Jawa. Penggunaannya sebagian besar untuk bahan baku industri rokok dan dupa. Dan pemasarannya ke luar negeri antara lain ke negara-negara : Singapura, Malaysia, Hongkong, Taiwan, Jepang UEA, Switzerland, Perancis, dan USA. Diantara negara-negara ini, yang paling banyak mengimpor kemenyan dari propinsi Sumatera Utara adalah Singapura, yaitu sebanyak 461.982 Kg senilai US 545,996
Pemasaran kemenyan di dalam negeri terutama di pulau Jawa. Penggunaannya sebagian besar untuk bahan baku industri rokok dan dupa. Dan pemasarannya ke luar negeri antara lain ke negara-negara : Singapura, Malaysia, Hongkong, Taiwan, Jepang UEA, Switzerland, Perancis, dan USA. Diantara negara-negara ini, yang paling banyak mengimpor kemenyan dari propinsi Sumatera Utara adalah Singapura, yaitu sebanyak 461.982 Kg senilai US 545,996
Di
beberapa daerah usaha kemenyan sudah membudaya. Secara tehnis Silvikulture,
budidaya kemenyan dapat juga dilakukan di daerah lainnya. Harga dan peluang
pasarnya pun cukup prospektif. Oleh karena itu, kemenyan diharapkan dapat
dijadikan komoditi unggulan dalam pengembangan hutan rakyat dan hutan tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Bacchi,
E. M. dan Sertie, J. A., (1994), Antiulcer action of Styrax camporum and Caesalpinia
ferrea in rats, Planta Medica 60: 118-120.
Bacchi, E. M.; Sertie, J. A.;
Villa, N. Dan Katz, H., (1995), Antiulcer action and toxicity
of Styrax camporum and Caesalpinia ferrea, Planta Medica 61: 204-207.
Balch, E. P. M. dan Alejo, N. O.,
(1997), In vitro plant regeneration of Mexican lime
and Mandarin by direct organogenesis, Hortscience 32: 931-934.
Barlass, M. dan Skene, K.G.M.,
(1982), In Vitro plantlet formation from Citrus species
and hybrids, Scientia Horticulturae 17: 333-341.
BPS, (2003), Statistik Hasil
Hutan Indonesia Tahun 1991-1993, Komoditi Kemenyan,
Biro Pusat Statistik, Indonesia
Carimi, F.; DePasquale, F. dan
Crescimanno, F. G., (1995), Somatic embryogenesis
in Citrus from styles culture, Plant Science 105: 81-86.
Chaturvedi, H. C.; Sharma, A. K.;
Sharma, M. Dan Prasad, R. N., (1982), Morphogenesis,
micropropagation and germplasm preservation of some economic
plants by tissue cultures. In: Plant Tissue Culture, (A.Fugiwara, eds),
Maruzen, Tokyo, p. 687-688.
Grosser, J. W.; Gmitter, F. G.;
Tusa, N.; Recupero, G. R. dan Cucinotta, P., (1996),
Further evidence of a cybridization requirement for plant regeneration
from
citrus leaf protoplasts following somatic fusion, Plant Cell Report 15: 672-676.
Jiang W. D. Xu D. Z. Hu G. J. Lin
B. Z. (1979), Some pharmacologic effects of the
"Styrax pill for coronary disease" and the pharmacological basis of a
simplified
styrax-borneol preparation, Acta Pharmaceutica Sinica 14(11): 655-61
(Abstract)
Ling, J. T. dan Iwamasa, M.,
(1997), Plant regeneration from embryogenic calli of six
Citrus related genera, Plant Cell and Organ Culture 49:
145-148.
Luo, G.; Yang, R.; Lai, X.; Yang,
W.; Xie, S. Dan Zhou, H., (1996), Analysis of cinnamic
acid in storax and its original plant by HPLC, China Journal of
Chinese Materia
Medica 21(12): 744-745, 763 (Abstract)
Maggon, R. dan Singh, B. D.,
(1995), Promotion of adventitious bud regeneration by
ABA in combination with BAP in epicotyl and hypocotyl explants sweet
orange (Citrus sinensis L. Osbeck), Scientia Horticulturae 63:
123- 128.
Moreira-Dias, J. M.; Molina, R. V.;
Guardiola, J. L. dan Garcia-Luis, A., (2001), Daylength
and photon flux density influence the growth regulator effects on
morphogenesis in epicotyl segments of Troyer citrange, Scientia
Horticulturae
87: 275-290.
Murashige, T. dan Skoog, F.,
(1962), A revised media for rapid grouth and bioassay
with tobacco tissue culture, Physiol. Plant. 15: 473-496.
Murashige, T. dan Tucker, D. P. H.,
(1969), Grouth factor requirement of citrus tissue
culture, Proc. 1st. Citrus Symp. 3: 1155-1161.
Titip info mengenai salah satu kegiatan dari LSM Jae Immanuel, Pemerhati Hutan & Kemenyan, yaitu melayani penjualan Bibit Pohon Kemenyan yang berlokasi di Dolok Sanggul, Sumatra Utara. Untuk info lebih lanjut, Lihat di www.bibitkemenyan.blogspot.com
BalasHapus