Jumat, 19 April 2013


AGRIBISNIS TANAMAN KEMENYAN


NAMA  : BANGUN SIKETTANG
NIM      : 111201025
KELAS : HUTAN 4A

PENDAHULUAN
Pelestarian dan peningkatan kualitas tanaman hutan perlu mendapat perhatian, terutama terhadap tanaman yang dapat menghasilkan produk nonkayu yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Salah satu tanamanhutan yang sangat penting untuk dikembangkan dan dibudidayakan adalah kemenyan sumatrana (Styrax benzoin Dryander) karena mempunyai nilai ekonomi tinggi, yaitu tumbuhan yang penghasil getah kulit yang disebut kemenyan dengan kualitas ekspor (BPS, 2003).
Kemenyan sumatrana mengandung senyawa bioaktif yang dapat digunakan sebagai bahan baku obat (Sianipar dan Simanjuntak, 2000). Tanaman ini tumbuh dengan baik di hutan Sumatera Utara, khususnya di lima kabupaten seperti Kabupaten Tapanuli Utara (Taput), Kabupaten Dairi, Kabupaten Toba dan Samosir (Tobasa), Kabupaten Samosir, dan Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas). Beberapa kabupaten lain masih dimungkinkan untuk tempat tumbuh tanaman kemenyan sumatrana (Styrax benzoin Dryander), namun tanaman kemenyan belum dibudidayakan melalui hutan-hutan rakyat maupun tanaman industi.
Produksi kemenyan Sumatera Utara masih berasal dari tanaman yang tumbuh secara liar di hutan. Budidaya kemenyan sumatrana dalam jumlah banyak
sulit untuk dilakukan karena kendala dalam penyediaan bibit. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat secara sampling di beberapa kabupaten di sekitar hutan diketahui bahwa bibit kemenyan di dalam hutan tersebut diperoleh dari biji
yang tumbuh liar. Usaha untuk menghasilkan bibit melalui biji sering dicoba masyarakat, akan tetapi, viabilitasnya sangat rendah karena kulit biji yang keras dan sulitnya mendapatkan media untuk menumbuhkan biji di persemaian. Hal ini
menyebabkan usaha budidaya kemenyan menjadi sulit dilakukan, terutama untuk kebutuhan hutan rakyat dan hutan industri lahan luas.
Dengan demikian bila budidaya kemenyan tidak dilakukan dan bila kebutuhan bibit tidak dapat diatasi maka diperkirakan dalam waktu singkat tanaman ini akan punah. Usaha untuk menumbuhkan biji kemenyan sebagai bibit untuk digunakan sumber eksplan dalam kultur jaringan telah dilakukan oleh peneliti (Nurwahyuni, 2002) tetapi tidak dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi untuk penyediaan bibit.
Penyediaan bibit kemenyan umumnya dilakukan secara konvensional dengan biji yang tumbuh secara alami, sehingga penanaman kemenyan dalam jumlah besar dan seragam di hutan tidak memungkinkan. Sebagai alternatif terbaik untuk memenuhi penyediaan bibit kemenyan dalam jumlah besar harus dilakukan melalui teknik in vitro, karena dapat memproduksi bibit dalam jumlah banyak dan seragam dalam waktu relatif singkat.
Penelitian awal dalam perbanyakan kemenyan sumatrana (Styrax benzoin Dryander) melalui kultur pucuk telah dilakukan oleh peneliti (Nurwahyuni, 2002). Hasil penelitian menunjukkan tahapan yang menggembirakan dengan media MS diperkaya NAA dan kinetin menghasilkan kalus dan kalus berakar. Usaha pelestarian tanaman penghasil senyawa bioaktif, sebagai bahan obat-obatan telah dilakukan oleh (Shahjahan dan Islam, 1998; Bacchi, dkk. 1995; Bacchi dan Sertie, 1994; Jiang, dkk., 1979; Ulubelen dan Goren, 1973). Kemenyan sumatrana (Styrax benzoin Dryander) memiliki banyak senyawa bioaktif NURWAHYUNI ET AL. J. Biologi Sumatera 27 seperti asam sinamat dan turunannya, yaitu senyawakimia yang dapat digunakan sebagai bahan baku untuk industri kosmetika dan obat-obatan (Sianipar dan Simanjuntak, 2000; Luo, dkk., 1996). Perbanyakan tanaman ini didasarkan pada perbanyakan tanaman dikotil yang memiliki nilai ekonomi (Chaturvedi, dkk., 1982). Dan dasar pemilihan eksplan jaringan muda karena jaringan tersebut mengandung sel-sel yang aktif membelah atau sel meristematik (Ling dan Iwamasa, 1997; Balch dan Alejo, 1997). Eksplan ditanam pada media MS (Murashige dan Skoog, 1962; Murashige dan Tucker, 1969).
Ada beberapa jenis ZPT yang digunakan dalam kultur jaringan tanaman, namun efisiensi dan efektivitasnya berbeda terhadap jenis tanaman yang berbeda. Sebagai contoh, kinetin sangat efektif untuk kultur buku batang (Carimi, dkk., 1995), sementara sitokinin konsentrasi rendah dapat memacu perkembangan tunas sedangkan konsentrasi tinggi merangsang penggandaan tunas (Nurwahyuni, 2004). Auksin pada konsentrasi rendah dapat memacu pertumbuhan akar dan pada konsentrasi tinggi dapat merangsang pertumbuhan kalus (Magoon dan Singh, 1995; Goh, dkk., 1995). Dengan demikian, pengaturan zat pengatur tumbuh di dalam media sangat menentukan terhadap keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan kultur. Dalam perbanyakan tanaman dibutuhkan pemilihan perbandingan konsentrasi auksin, sitokinin dan suplemen yang tepat, karena hal ini akan menentukan dalam derajat keberhasilan pembentukan tanaman baru (Nurwahyuni dan Tjondronegoro, 1994). Hasil telusur pustaka telah dilakukan tetapi menunjukkan belum pernah dilakukan usaha kultur jaringan terhadap tanaman styrax. Sehingga sebagai acuan perbanyakan kemenyan dalam penelitian ini adalah pendekatan teknik in vitro tanaman tingkat tinggi seperti jeruk manis (Nurwahyuni, 2003; Nurwahyuni, 2001a; Grosser, dkk., 1996) dan kopi arabika (Nurwahyuni, 2001b, Nurwahyuni, 1999).
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam pemilihan eksplan untuk kultur jaringan tanaman tingkat tinggi seperti di antaranya organ sumber eksplan, umur organ, musim, ukuran eksplan, dan kualitas tanaman induk (Moreira- Dias, dkk., 2000; Hidaka, 1984; Barlass dan Skene, 1982). Sumber eksplan adalah bagian vegetatif tanaman karena mudah diperoleh. Usaha perbanyakan kemenyan sumatrana (Styrax benzoin Dryander) melalui kultur daun pucuk juga telah dilakukan (Nurwahyuni, 2004, Nurwahyuni, 2005a dan 2005b) sebagai upaya mendapatkan kalus dengan kualitas lebih baik untuk selanjutnya diregenerasi menjadi planlet dan tanaman. Pertambahan berat kultur di dalam media juga didapatkan eksplan yang menghasilkan kalus menunjukkan kalus yang berbeda tipe sehingga sangat memungkinkan untuk dilakukan subkultur untukperbanyakan klonal dari kultur pucuk.






PEMBAHASAN
Kemenyan adalah sejenis getah yang dihasilkan oleh pohon kemenyan (Styrax spp). Ada dua jenis kemenyan yang dibudidayakan di Kabupaten Tapanuli Utara dan sekitarnya, yaitu : hamija-on toba (Styrax paralleloneurum) dan hamijon durame (Styrax benzoin). Kedua jenis tanaman kemenyan ini termasuk ordo Ebenales, family Styraceae dan genus Styrax.  Pohon kemenyan berukuran sedang sampai besar, diameter antara 20-30 cm, dan tinggi mencapai 20-30 m. Batangnya lurus, percabangannya sedikit, dan kulit batangnya berwarna coklat kemerah-merahan. Tanaman kemenyan berdaun tunggal, tersusun spiral, dan berbentuk oval, yaitu bulat memanjang dan ujungnya meruncing. Buah kemenyan berbentuk bulat, dan lonjong (agak gepeng); dan di dalamnya terdapat biji berwarna coklat. Tempat tumbuh tanaman kemenyan bervariasi, mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi, yaitu pada ketinggian tempat 60-2100 m dari permukaan laut (dpl). Tanaman kemenyan tidak memerlukan persyaratan tempat tumbuh yang istimewa. Tanaman ini dapat tumbuh pada jenis-jenis tanah: po-solik, andosol, lotosol, dan regosol. Dan dapat tumbuh pada berbagai asosiasi lainnya, mulai dari tanah yang bertekstur berat sampai ringan, dan tanah yang kurang subur sampai yang subur. Selain itu, tanaman ini juga dapat tumbuh pada tanah yang berporositas tinggi, yaitu yang mudah meneruskan atai meresapkan air.
           Tanaman Kemenyan termasuk jenis tanaman setengah toleran. Anakan kemenyan memerlukan naungan sinar matahari, dan setelah dewasa, pohon kemenyan memerlukan sinar matahari penuh. Selain itu, untuk pertumbuhan optimal kemenyan memerlukan curah hujan yang cukup tinggi, dan intensitas merata sepanjang tahun. Oleh karena itu, tanaman kemenyan cocok ditanam di daerah-daerah yang beriklim tipe A san tipe B menurut Schmidt & Ferguson.


Budidaya Kemenyan (Styrax benzoin)
·         Pengadaan Benih
            Budidaya tanaman kemenyan diawali dengan pengambilan benih kemenyan dari pohon induknya. Kriteria pohon induk kemenyan adalah : bergetah banyak dan berkualitas baik; bebas hama dan penyakit; berbatang lurus dan silindris; bertajuk normal dan bagus; serta bercabang sedikit dan berbatang bebas cabang relative tinggi. Buah kemenyan yang dipilih untuk benih adalah yang masak dan berwarna coklat tua.
·         Pengadaan Bibit
Pembuatan bibit kemenyan dilakukan dengan cara : persemaian dan cabutan anakan dari permudaan alam. Cara lainnya, yaitu : stump. Stek, dan kultur jaringan masih dalam tahap penelitian pihak-pihak terkait. Persemaian merupakan cara yang mudah dilakukan. Awalnya benih kemenyan ditabur pada bedeng tabor. Setelah berkecambah, kemudian dipindahkan pada polybag, dan dipelihara sampai bibitnya siap tanam di lapangan.
·         Penanaman Bibit
Penanaman bibit kemenyan, terlebih dahulu dilakukan persiapan lapangan, yiatu membuat jalur tanam dan lubang tanam. Jarak tanamnya disesuaikan dengan kondisi tanah dan kelerengan lahannya. Karena setengah toleran, anakan kemenyan yang ditanam di tempat terbuka harus diberi naunga. Anakan kemenyan bisa juga ditanam dibawah pohon lainny, misalnya dibawah pohon pinus, durian, dan kaliandra
·         Manfaat Ekonomis Kemenyan
Sampai saat ini belum ada pihak yang meneliti secara khusus penghasilan petani kemenyan. Namun sebagai gambaran, berikut ini perhitungan pendapatan petani kemenyan dari BP DAS Asahan Barumun. Pada lahan 1 ha, jika jarak tanam pohon kemenyan 4 m x 5 m, maka jumlahnya 250 pohon. Jika hasil penyadapan kemenyan rata-rata 1 Kg/Tahun, maka jumlah produksi kemenyan sebanyak 250 kg/ha/tahun. Dan jika kualitas getahnya dikatagorikan kelas I, dan harganya Rp.50.000,-/Kg, maka pendapatan kotor petani kemenyan sebesar Rp.12,5 juta/ha/tahun. Karena budidaya kemenyan ini dilakukan bersamaan dengan tanaman lainnya, maka biaya pemeliharaannya relative rendah.
·         Penyadapan
Pohon kemenyan yang berdiameter lebih kurang 20 cm sudah bisa disadap kemenyannya. Sebelum penyadapan kemenyannya, terlebih dahulu tumbuhan di sekitar pohonnya dibersihkan telebih dahulu dengan parang. Begitu juga tumbuhan yang melekat pada kulit pohonnya, dibersihkan dengan guris. Penyadapan kemenyan dilakukan pada bagian pohon yang berada di bawah bagian tajuk yang berdaun hijau muda dan rindang. Mula-mula kulit ditakik (dicongkel sampai sedikit terangkat, dan tidak sampai lepas) dengan panuktuk, lalu, permukaan kulit ini dipukul-pukul dengan gagang panuktuk sebesar lingkaran lubang penyadapan yang diharapkan. Setelah 2-3 bulan, umumnya dalam takikan ini sudah terdapat kemenyan. Dan, dengan menggunakan agat, kulit (yang menutup) takikan dibuka untuk mengambil kemenyan dari lubang takikan.
·         Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman kemenyan yang biasa dilakukan adalah : penyiangan, pendangiran, penyulaman, pemupukan, penjarangan, dan perlindungan tanaman dari hama dan penyakit. Kegiatan ini dilakukan pada tahun pertama, kedua, dan ketiga. Penjarangan pohon pelindung perlu dilakukan secara bertahap untuk member ruang tumbuh lebih luas kepada tanaman kemenyan, agar memperoleh banyak sinar matahari.


·         Pengolahan
Kemenyan hasil sadapan yang masih bercampur aduk dengan kulit pohon kemenyan, selanjutnya disortir menjadi empat golongan, yaitu : mata kasar, mata kacang/mata halus, jurur dan tahir. Golongan pertama harganya lebih mahal, dan golongan selanjutnya lebih murah. Selain itu, dikenal juga kemnyan tampangan, yaitu kemenyan yang dicampur dengan damar. Pengolahannya melalui pemanasan, pencampuran, dan pencetakan. Perbandingan campurannya disesuaikan dengan permintaan konsumen/pembeli.
·         Peluang Pasar Kemenyan
Menurut informasi dari Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Tapanuli Utara, pada tahun 1926-1938 kemenyan sudah di ekspor dari propinsi Sumatera Utara. Pada tahun 1985-1989, rata-rata pemasaran kemenyan dalam negeri 3.312,52 ton/tahun (77,15%), dan rata-rata pemasaran kemenyan ke luar negeri 982,6 ton/tahun (22,85%). Pada semester I tahun 1990, ekspor kemenyan dari propinsi Sumatera Utara tercatat sebanyak 473.847 kg senilai US 583,966.
Pemasaran kemenyan di dalam negeri terutama di pulau Jawa. Penggunaannya sebagian besar untuk bahan baku industri rokok dan dupa. Dan pemasarannya ke luar negeri antara lain ke negara-negara : Singapura, Malaysia, Hongkong, Taiwan, Jepang UEA, Switzerland, Perancis, dan USA. Diantara negara-negara ini, yang paling banyak mengimpor kemenyan dari propinsi Sumatera Utara adalah Singapura, yaitu sebanyak 461.982 Kg senilai US 545,996. Di beberapa daerah usaha kemenyan sudah membudaya. Secara tehnis Silvikulture, budidaya kemenyan dapat juga dilakukan di daerah lainnya. Harga dan peluang pasarnya pun cukup prospektif. Oleh karena itu, kemenyan diharapkan dapat dijadikan komoditi unggulan dalam pengembangan hutan rakyat dan hutan tanaman.

KESIMPULAN
Kemenyan adalah sejenis getah yang dihasilkan oleh pohon kemenyan (Styrax spp). Pohon kemenyan berukuran sedang sampai besar, diameter antara 20-30 cm, dan tinggi mencapai 20-30 m. Batangnya lurus, percabangannya sedikit, dan kulit batangnya berwarna coklat kemerah-merahan. Tanaman kemenyan berdaun tunggal, tersusun spiral, dan berbentuk oval, yaitu bulat memanjang dan ujungnya meruncing. Tanaman Kemenyan termasuk jenis tanaman setengah toleran. Anakan kemenyan memerlukan naungan sinar matahari, dan setelah dewasa, pohon kemenyan memerlukan sinar matahari penuh. Selain itu, untuk pertumbuhan optimal kemenyan memerlukan curah hujan yang cukup tinggi, dan intensitas merata sepanjang tahun. Oleh karena itu, tanaman kemenyan cocok ditanam di daerah-daerah yang beriklim tipe A san tipe B menurut Schmidt & Ferguson.
Sampai saat ini belum ada pihak yang meneliti secara khusus penghasilan petani kemenyan. Namun sebagai gambaran, berikut ini perhitungan pendapatan petani kemenyan dari BP DAS Asahan Barumun. Pada lahan 1 ha, jika jarak tanam pohon kemenyan 4 m x 5 m, maka jumlahnya 250 pohon. Jika hasil penyadapan kemenyan rata-rata 1 Kg/Tahun, maka jumlah produksi kemenyan sebanyak 250 kg/ha/tahun. Dan jika kualitas getahnya dikatagorikan kelas I, dan harganya Rp.50.000,-/Kg, maka pendapatan kotor petani kemenyan sebesar Rp.12,5 juta/ha/tahun. Karena budidaya kemenyan ini dilakukan bersamaan dengan tanaman lainnya, maka biaya pemeliharaannya relative rendah.
Menurut informasi dari Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Tapanuli Utara, pada tahun 1926-1938 kemenyan sudah di ekspor dari propinsi Sumatera Utara. Pada tahun 1985-1989, rata-rata pemasaran kemenyan dalam negeri 3.312,52 ton/tahun (77,15%), dan rata-rata pemasaran kemenyan ke luar negeri 982,6 ton/tahun (22,85%). Pada semester I tahun 1990, ekspor kemenyan dari propinsi Sumatera Utara tercatat sebanyak 473.847 kg senilai US 583,966
Pemasaran kemenyan di dalam negeri terutama di pulau Jawa. Penggunaannya sebagian besar untuk bahan baku industri rokok dan dupa. Dan pemasarannya ke luar negeri antara lain ke negara-negara : Singapura, Malaysia, Hongkong, Taiwan, Jepang UEA, Switzerland, Perancis, dan USA. Diantara negara-negara ini, yang paling banyak mengimpor kemenyan dari propinsi Sumatera Utara adalah Singapura, yaitu sebanyak 461.982 Kg senilai US 545,996
Di beberapa daerah usaha kemenyan sudah membudaya. Secara tehnis Silvikulture, budidaya kemenyan dapat juga dilakukan di daerah lainnya. Harga dan peluang pasarnya pun cukup prospektif. Oleh karena itu, kemenyan diharapkan dapat dijadikan komoditi unggulan dalam pengembangan hutan rakyat dan hutan tanaman.

















DAFTAR PUSTAKA
Bacchi, E. M. dan Sertie, J. A., (1994), Antiulcer action of Styrax camporum and            Caesalpinia ferrea in rats, Planta Medica 60: 118-120.
Bacchi, E. M.; Sertie, J. A.; Villa, N. Dan Katz, H., (1995), Antiulcer action and            toxicity of Styrax camporum and Caesalpinia ferrea, Planta Medica 61:            204-207.
Balch, E. P. M. dan Alejo, N. O., (1997), In vitro plant regeneration of Mexican            lime and Mandarin by direct organogenesis, Hortscience 32: 931-934.
Barlass, M. dan Skene, K.G.M., (1982), In Vitro plantlet formation from Citrus            species and hybrids, Scientia Horticulturae 17: 333-341.
BPS, (2003), Statistik Hasil Hutan Indonesia Tahun 1991-1993, Komoditi            Kemenyan, Biro Pusat Statistik, Indonesia
Carimi, F.; DePasquale, F. dan Crescimanno, F. G., (1995), Somatic            embryogenesis in Citrus from styles culture, Plant Science 105: 81-86.
Chaturvedi, H. C.; Sharma, A. K.; Sharma, M. Dan Prasad, R. N., (1982),            Morphogenesis, micropropagation and germplasm preservation of some            economic plants by tissue cultures. In: Plant Tissue Culture, (A.Fugiwara,            eds), Maruzen, Tokyo, p. 687-688.
Grosser, J. W.; Gmitter, F. G.; Tusa, N.; Recupero, G. R. dan Cucinotta, P.,            (1996), Further evidence of a cybridization requirement for plant            regeneration
           from citrus leaf protoplasts following somatic fusion, Plant Cell Report 15:            672-676.
Jiang W. D. Xu D. Z. Hu G. J. Lin B. Z. (1979), Some pharmacologic effects of            the "Styrax pill for coronary disease" and the pharmacological basis of a            simplified styrax-borneol preparation, Acta Pharmaceutica Sinica 14(11):            655-61 (Abstract)
Ling, J. T. dan Iwamasa, M., (1997), Plant regeneration from embryogenic calli of            six Citrus related genera, Plant Cell and Organ Culture 49: 145-148.
Luo, G.; Yang, R.; Lai, X.; Yang, W.; Xie, S. Dan Zhou, H., (1996), Analysis of           cinnamic acid in storax and its original plant by HPLC, China Journal of           Chinese Materia Medica 21(12): 744-745, 763 (Abstract)
Maggon, R. dan Singh, B. D., (1995), Promotion of adventitious bud regeneration            by ABA in combination with BAP in epicotyl and hypocotyl explants            sweet orange (Citrus sinensis L. Osbeck), Scientia Horticulturae 63: 123-           128.
Moreira-Dias, J. M.; Molina, R. V.; Guardiola, J. L. dan Garcia-Luis, A., (2001),            Daylength and photon flux density influence the growth regulator effects            on morphogenesis in epicotyl segments of Troyer citrange, Scientia             Horticulturae 87: 275-290.
Murashige, T. dan Skoog, F., (1962), A revised media for rapid grouth and            bioassay with tobacco tissue culture, Physiol. Plant. 15: 473-496.
Murashige, T. dan Tucker, D. P. H., (1969), Grouth factor requirement of citrus            tissue culture, Proc. 1st. Citrus Symp. 3: 1155-1161.

1 komentar:

  1. Titip info mengenai salah satu kegiatan dari LSM Jae Immanuel, Pemerhati Hutan & Kemenyan, yaitu melayani penjualan Bibit Pohon Kemenyan yang berlokasi di Dolok Sanggul, Sumatra Utara. Untuk info lebih lanjut, Lihat di www.bibitkemenyan.blogspot.com

    BalasHapus